Perbedaan Sholat Tarawih 11 Rakaat dan 21 Rakaat?

Bulan Ramadahn telah tiba, kewajiban umat muslim adalah menjalankan ibadah puasa bagi yang mampu. Dan disunahkan pula menghidupkan malam dengan berbagai ibadah sunnah, diantaranya Tarawih dan tadurus Al-Quran serta banyak lagi ibadah sunnah yang dapat di lakukan di bulan Ramdahan.

 

Di antara ibdah itu pula ada beberapa perbedaan mengenai pelaksanaannya terutama ibadah Sholat Tarawih. Di beberapa tempat di Indonesia, terdapat perbedaan dalam pelaksanaan Sholat Tarawih. Ada sebagain yang melaksanakan dengan 8 rakaat Tarawih + 3 Rakaat Witir, ada pula yang melaksanakan dengan 18 Tarawih dan 3 Rakaat witir.

 

Sebagai masyarakat awam tentulah kita bertanya-tanya, mengapa ada perbedaan seperti itu. Walaupun sejatinya perbedaan itu bagiakan persimpangan-persimpangan yang berujung pada Allah SWT. Artikel ini di tulis tidak bermaksud untuk menyalahkan ataupun menyinggung ajaran agama. Hanya bermaksud untuk membagikn informasi dan pengetahuan kapada sesama umat muslim.

 

Tidak ada satu pun hadits yg shahih & sharih (eksplisit) yg menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih yg dilakukan oleh Rasululullah SAW.

Kalau pun ada yg mengatakan 11 rakaat, 13 rakaat, 20 atau 23 rakaat, semua tdk didasarkan pd hadits yg tegas. Semua angka-angka itu hanyalah tafsir semata. Tidak ada hadits yg secara tegas menyebutkan angka rakaatnya secara pasti.

 

Al-Ustadz Ali Mustafa Ya’qub, MA, muhaddits besar Indonesia di bidang ilmu hadits, menerangkan bahwa tdk ada satu pun hadits yg derajatnya mencapai shahih tentang jumlah rakaat shalat tarawih yg dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat pd bulan Ramadhan 2 puluh rakaat & witir”. (Hadits Palsu)

 

Hadis ini diriwayatkan Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu‘jam al-Kabir. Dalam sanadnya terdapat rawi yg bernama Abu Syaibah Ibrahim bin Utsman yg menurut Imam al-Tirmidzi, hadits-haditsnya adl munkar. Imam al-Nasa‘i mengatakan hadis-hadis Abu Syaibah adl matruk. Imam Syu‘bah mengatakan Ibrahim bin Utsman adl pendusta. Oleh karenanya hadis shalat tarawih 2 puluh rakaat ini nilainya maudhu’ (palsu) atau minimal matruk (semi palsu).

 

Demikian juga hadits yg menyebutkan bahwa jumlah rakaat tarawih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl 8 rakaat. Hadits itu juga palsu & dusta.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat pd bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat & witir”. (Hadits Matruk)

 

Hadis ini diriwayatkan Ja‘far bin Humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap dgn sanadnya oleh al-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I‘tidal & Imam Ibn Hibban dalam kitabnya Shahih Ibn Hibban dari Jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya terdapat rawi yg bernama ‘Isa bin Jariyah yg menurut Imam Ibnu Ma‘in, adl munkar al-Hadis (Hadis-hadisnya munkar).

 

Sedangkan menurut Imam al-Nasa‘i, ‘Isa bin Jariyah adl matruk (pendusta). Karenanya, hadis shalat tarawih delapan rakaat adl hadis matruk (semi palsu) lantaran rawinya pendusta.

 

Jadi bila disandarkan pd kedua hadits di atas, keduanya bukan dalil yg bisa dijadikan pegangan bahwa nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat tarawi 8 rakaat atau 20 rakaat dalam shalat tarawih.

 

Sedangkan hadits yg derajatnya sampai kpd keshahihan, hanyalah hadits tentang shalat malam yg dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana Aisyah meriwayatkan secara shahih bahwa shalat malam yg dilakukan oleh beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya 11 rakaat.

 

Dari Ai’syah radhiyallahu ‘anhu “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk menambah di dalam bulan Ramadhan & tdk pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau melakukan shalat 4 rakaat & janganlah engkau tanya mengenai betapa baik & panjangnya, kemudian beliau akan kembali shalat 4 rakaat & jangan engkau tanyakan kembali mengenai betapa baik & panjangnya, kemudian setelah itu beliau melakukan shalat 3 rakaat. Dan beliau berkata kepadanya (Ai’syah), “Dia melakukan shalat 4 rakaat, ” tdk bertentangan dgn yg melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat.” Dan dia (Ai’syah), “Dia melakukan shalat 3 rakaat” atau ini mempunyai makna melakukan witir dgn 1 rakaat & 2 rakaat. (HR Bukhari).

 

Tetapi di dalam hadits shahih ini, Aisyah radhiyallahu ‘anha sama sekali tdk secara tegas mengatakan bahwa 11 rakaat itu adl jumlah rakaat shalat tarawih. Yang berkesimpulan demikian adl para ulama yg membuat tafsiran subjektif & tentunya mendukung pendapat yg mengatakan shalat tarawih itu 11 rakaat. Mereka beranggapan bahwa shalat yg dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl shalat tarawih.

 

Sedangkan menurut ulama lain yg mendukung jumlah 20 rakaat, jumlah 11 rakaat yg dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk bisa dijadikan dasar tentang jumlah rakaat shalat tarawih. Karena shalat tarawih tdk pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kecuali hanya 2 atau 3 kali saja. Dan itu pun dilakukan di masjid, bukan di rumah. Bagaimana mungkin Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan hadits tentang shalat tarawih beliau SAW?

 

Lagi pula, istilah shalat tarawih juga belum dikenal di masa beliau SAW. Pada masa Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian ada yg shalat & ada yg tdk shalat, maka Umar ingin agar umat Islam nampak seragam, lalu disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid dgn shalat berjamah dgn imam Ubay bin Ka’b. Itulah yg kemudian populer dgn sebutan shalat tarawih, artinya istirahat, karena mereka melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat 4 rakaat dgn 2 salam.

 

Bagi para ulama itu, apa yg disebutkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha bukanlah jumlah rakaat shalat tarawih, melainkan shalat malam (qiyamullail) yg dilakukan di dalam rumah beliau sendiri.

 

Maka dengan demikian, keadaan menjadi jelas mengapa di dalam tubuh umat Islam masih ada perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat tarawih yg dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan menarik, para ulama besar dunia sangat bersikap toleran dalam masalah ini.

 

Sumber : http://www.rahasiasunnah.com

 

Untuk Wanitaku dan Untuk Kamu yang Merindukanya

 

Setiap orang berhak atas Cinta, berhak untuk mencitai dan berhak untuk dicintai. Tidak ada aturan pasti tentang Cinta, setiap orang boleh memiliki dan setiap orang bisa saja kehilangan Cinta, tidak ada kasus pencurian cinta yang dipidanakan, dan tidak ada hukum pidana atas pencurian cinta terhadap seseorang ataupun orang lain, karena cinta itu mimilih dan cinta itu terkadang juga pilihan. Bukan rampokan atau pun paksaan.

 

Untuk wanita ku dengarkan lah.

 

Sudah sejak lama aku memiliki cinta mu meski ku tak tau seberapa dalam dan akan seberapa lama cinta mu bertahan? Setiap hari ketika bersama mu adalah bahagia dan setiap hari tanpa mu ku lalui bagai siksa. Tak ada jaminan ataupun sertifikasi kepemilikan atas cintamu, karena memang belum saatnya aku pastikan bahwa kau lah jodohku. Tuhan mungkin belum berkehendak menyerahkan sepenuhnya hatimu pada ku. Atau mungkin Tuhan masih ingin menguji seberapa kuat iman kita untuk saling mengerti dan setia.

 

Aku tidak menyalahkan mu wahai wanita ku, ketika banyak tawaran datang bernego dengan perasaan mu untuk memiliki cinta mu. Meski sepintas aku benci dan cemburu tapi percayaah aku takan mengambil sebilah parang dan menebaskanya pada orang tersebut. Aku masih percaya bahwa kau masih masih sanggup untuk menepati segala janji setia mu. Jika tidak.

 

Untuk Kamu Yang merindukanya.

 

Aku hanya berharap sedikit rasa pengertian mu dan akal sehat mu. Dan sedikit akan bertanya padamu.? Terlalu sempit kah dunia ini? Apakah Tuhan menciptakan satu wanita untuk beberapa pria sekaligus? Apakah stok wanita di dunia ini sudah habis? Dan apakah oleh sebab itu kita harus menentang semua rasa persaudaraan hanya untuk memperbutkan wanita yang sama-sama kita rindukan.

 

Cinta memang berhak untuk dimilikiki oleh siapapun yang berhak untuk mencitai, tapi dengan kesadaran dan dengan moral. Jika bicara perasaan mungkin saat ini ada yang sedang menangis entah untuk apa dia menanngis. Tapi aku yakin kita berdua pasti tak ingin membuatnya menangis karena kita sangat menyayanginya.

 

Kamu pria lain yang merindukanya, aku merasa terhina karena harus menceritakan segala kebusukan pria pada wanita yang kau rindu. Sebagai pria normal dan jantan aku tersinggung ketika kau ucapkan “Suka” atau “Kangen” pada wanita ku, tapi secara logika aku berfikir untuk tidak mengambil sebilah parang panjang untuk memenggal kepalamu, karena aku masih percaya wanita ku masih dapat berpikir.

 

Sudah sejak lama aku mencium ada unsur lain yang mendekatakan dirimu pada dirinya, tadinya aku anggap biasa saja, karena aku masih berpikir positif bahwa semuanya masih dalam tahap yang biasa. Namun ternyata unsur itu menyebar luas dan semakin hari semakin besar dan mungkin mengandung sedikit racun yang menyakitkan bahkan membunuh rasa simpati ku padamu.

 

Kalau boleh aku menasehati sedikit padamu. Ketahuilah Tuhan menciptakansegala yang ada di muka Bumi ini berpasang-pasangan tak ada yang tau siapa jodoh siapa dan siapa menjadi pasangan siapa? Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa pacarku adalah jodoh mu. Dan kalau itu terjadi aku tidak menyalahkan mu jika suatu saat nanti aku harus berpisah dengan wanita ku, dan wanita ku bersanding dengan mu. Aku takan dendam bahkan aku akan datang kepesta pernikahan kalian. Sebelum prosesi itu terjadi kita berhak untuk mencintai dan di cintai, tapi dengan sedikit perasaan untuk mengerti dan tidak mengorbankan arti sebuah pertemanan.

 

Aku mencoba belajar bagaimana mempertahankan posisiku dengan berjabat tangan, bukan dengan kepalan atau senjata. Karena aku menghargai setiap perasaan manusia.

 

Dadu

Meilihat nilai-nilai semester 4 ini membuatku semakin jengkel saja, dan semakin muak dengan kata hati kalian. Seolah tak ada standarisasi yang pasti untuk sebuah pencapaian dan semua terasa semakin sia-sia. Aku manusia yang mempunyai rasa ketika semua orang mulai jenuh dan enggan beranjak, tapi aku memilih pergi. Aku semakin membenci ketidakpastian yang membayang dalam benakku akan prasaan mu.

 

Aku merasa di permainkan oleh tatanan birokasi yang tak mengenal standarisasi. Ya mungkin aku salah telah hidup di Negara ini. Atau mungkin aku yang salah dalam mengartikan Negara ini. Ya itu semua menjadi masalah.

Kadang aku mempertanyaakan dari mana datangnya A, dari mana ketemunya B, dan dari siapa hadirnya C, bahkan kenapa kita semua membenci D. yang membedakan aku, kamu, dia, mereka, hanyalah ke empat huruf ini, dan sedikit keberuntungan. Dan mungkin juga dengan sedikit penampilan menarik, mungkin.

 

Aku pernah ingin menjadi kalian dengan title manusia cerdas, manusia pinter anak baik. Aku pernah ingin mempunyai kemampuan analisa seperti kalian kemampuan berhitung seperti mereka. Tapi aku tak pernah mampu jadi seperti kalian, aku tak suka menerka, aku tak suka angka, tapi aku suka alam, aku suka kebebasan, aku suka diriku sendiri. Mungkin kelak ketika aku lulus aku bukanlah seorang sarjana computer yang baik. Tapi aku percaya suatu saat nanti aku bahagia dengan hidupku dan kemampuan ku.

 

 

Quote:

Sebenarnya setiap manusia adalah sempurna, Hanya manusia itu sendiri yang membuat ketidaksempurnaan itu ada

 

Jangan Pikirkan Bagaimana Aku Hidup

Sudah berbeda..

Jurang yang memisahkan perlahan-lahan semakain melebar..

Jembatan yang di jalain dengan seutas tali perlahan-lahan tak sanggup untuk menghubungkan..

Semakin merenggang....

Ramalan-ramalan dan harapan sepertinya enggan bergandeng tangan..

Ketika sepasang anak cucu adam menjalin ikatan, setan pun mulai begentayangan..

Meneruskan kutukan-kutukan kepada dua insan..

Hingga akhir zaman jalinan anak cucu adam selalu didampingi para setan..

Jurang jurang itu semakin lebar karena setan semakin berkuasa atas ikatan..

Menjanjikan kebahagiaan yang semua dari lelah atas penantian..

Kutukan itu akan terus mengahantui meski di ujung duniapun kau berada..

Tebing-tebing semakin tinggi, jurang semakin melebar..

Awan semakin hitam tapi hujan tak pernah kunjung datang..

Gersaaang..

Mentari kian hari kian terik, membuat penantian semakin hari semakin melelahkan..

Ku tau kau butuh air. Ku tau kau butuh tempat besandar..

Tapi kau harus tau, begitu lebar jurang memisahakan, tak mungkin bagi ku untuk terbang menggapaimu..

Berteduhlah ditempat yang kau anggap nyaman, aku takan melarang..

Kita takpernah tau, kapan hujan datang..

Aku tak ingin menyiksamu lebih lama di penantian ini..

Hiduplah dengan segala pilihanmu. Jangan pikirkan bagaimana aku benafas disini..

Jangan pikirkan bagaimana aku hidup disini.

Aku disini cukup senang bisa mendengarmu tertawa..

Meski tanpa candaku.

 

Bengong Part I

Pagii.. pagi.. dan pagi lagii.. Masih sama seperti biasa, mentari terbit di sebelah timur diiringi dengan kicauan burung-burung, huaa.. udara pagi memang menghangatkan, tapi masih belum cukup hangat untuk mencairkan buntelan-buntelan kosong dalam otak ku ini.

 

Rasanya sudah hampir satu dekade aku tidur, dan bangun masih saja dengan suasana yang sama. Aku jenuh pingin tidur lagi tapi ku tau itu takkan mencair kan buntelan kosong itu, lalu aku coba keluar dari goa, ibarat kata Plato neh dalam Mitos Manusia Gua adalah jalan ditempuh filosof untuk keluar dari bayang-banyang menuju gagasan sejati. Nah Oleh sebab begonolah aku mencoba keluar gari goa yang mengurung ku ini, karena aku tidak ingin menjadi pembunuh diriku sendiri, seperti pemerintah Athena yang membunuh Socrates.

 

Masalahnya aku ingin keluar, tapi kemana? Jalanku tak lagi nyaman untuk dilalui, banyak kentut kuda besi dan badak yang minum premium. Ingin rasanya menjamah indahnya alam, namun si alam sedang “dapet” dan tak ingin dijamah. Lalu aku harus kemana? Atau aku harus lari ke pantai belok kehutan.

Untunglah manusia itu terlahir tidak seperti Dinosaurus, manusia masih memiliki akal serta pemikiran, walaupun aku pernah menulis artikel yang berjudul “Manusia tak Lebih dari Seeokor Binatang” ya itu karena masih terbawa aroma Socrates, Filosof idola.

 

Tadi pagi.. sekarang malam..malam.. dan malammm..

Malam ini ada seseorang yang mengajakku untuk becengkrama, dikafe sih. Tapi aku tak anggap itu kafe, aku lebih suka menyebutnya kolong langit, karena aku duduk beralas tikar, dan beratap langit berhiasan bintang-bintang. Dulu aku sering duduk dikolong langit, hanya untuk refleksi diri sejenak, menghilangkan jenuh.

Bagiku langit adalah pandangan terluas ku, dan kolong nya adah tempat terindah untuk ku berkelana ke dunia ide.. meng-ngomeng temen ku tadi kemana ya??

 

*bersambung (maklum lagi ngobrol.) :D