Ketika aku tak lagi di sini

Hari ini aku sedikit melankolis, entah kenapa
atau mungkin masa depan ku tak di sini,
di tempat yang lebih nyaman dari pada tempat kelahiran ku
apa aku sudah menyatu dengan tempat ini.

berat bagi ku untuk pergi,
meninggalkan apa yang telah aku mulai dari sini.
yaa .. dari kota yang mengajarkan aku hidup lebih berarti 
lebih dari apa yang pernah ku impikan.

Berat rasanya meninggalkan mu walau sejenak.
meski kita jarang berjumpa
tapi kita selalu menaruh harap
memendam rindu teramat yang terbalas sekejap

Ketika aku tak lagi di sini.
mungkin rindu akan beranak pinak.
mengingatkan ku pada kenangan 
tentang gemercik air, kicauan burung, hembusan angin dan rintik hujan.

Rintik hujan tetap lah sama, 
Di ujung bumi pun kita tetap menikmati mentari yang sama, 
Bintang dan rembulan yang sama
Tapi kita menikmati nya dalam ketidak bersamaan 

Aku akan merindukan sesuatu yang sederhana
semacam jagung bakar pedas manis, atau secangkir susu coklat panas
Sesederhana itu rasa cinta kita, 
Takperlu candylight dinner dan pizza. hanya secangkir kopi yang kau suka

Sesedarhana itu yang membuat ku rindu
Seperti aku merindukan pegunungan yang berdiam diri.
Seperti aku merindukan angin yang sejatinya membelai lembut tubuhku setiap saat
Seperti aku merindukan tarian kemenangan.

Entah kenapa aku sedikit melankolis hari ini.
mungkin karena insomnia ini terlalu akut bagi ku.
Sementara tak ada lagi bahan untuk ku baca, tak ada lagi cemilan untuk ku kunyah
sehingga aku sedikit melankolis bernostalgia pada masa silam


 

Aku disuruh jadi PNS kok gak mau ya.?

Perkenalkan nama ku Tirta Hardi Pranata, S.Kom, masih single umur kurang dari 24 tahun, hobi jalan-jalan, cita-cita jadi wartawan. Tapi bapak ibu selalu nyaranin buat jadi PNS, yaa seperti Bapak yang sejak sebelum nikah sama ibu sudah jadi PNS. Apa aku harus seperti beliau? 

PNS bagi ku bukanlah pekerjaan yang keren, jadi abdi negara yang diatur oleh banyak peraturan ina ini itu, meskipun hari tua mereka dijamin negara. Mendapat pensiunan ketika raga sudah tak sanggup lagi bekerja, mendapat tunjangan anak-anak nya hingga mereka dewasa, mendapatkan fasilitas-fasilitas dari negara, rumah dinas, mobil atau motor dinas, gaji ke 13, dan masih banyak lagi keistimewaan PNS. Berbeda dengan pekerja swasta, mereka juga diatur oleh aturan ina ini itu, dan belum tentu hari tua pekerja swasta dijamin oleh perusahan tempat mereka kerja. Tapi tetap aja PNS itu pilihan kesekian dalam hidup ku yang  My Life is My Adventure kayak iklan di tipi.

Ketika sudah selesai menempuh studi sarjana S1, di awal-awal 20 tahunan kita mulai disibukan dengan merintis karir, mempersiapkan masa depan dengan doi, mengumpulkan pundi-pundi rezeki buat beli cincin kawin, atau buat portofolio yang bakal jadi refrensi camer. Semoga camer kamu pemikirannya terbuka, bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Sang Maha Pemurah dan Pemberi Rezeki. dan semoga aja gak ada syarat mesti harus Pegawai Negeri Sipil untuk melamar anaknya. haha

Emang sih gak ada salahnya jadi PNS, bahkan PNS masih menjadi pekerjaan yang paling banyak peminatnya di Indonesia. Kamu perhatikan aja deh, ribuan wisudawan dan wisudawati yang fressh ataupun yang udah sedikit layu, dari jurusan teknik sampai kedokteran, dari yang cantik sampai yang pas-pasan, pada rela ngantri buat daftar jadi PNS. tapi kok gue rasa-rasa males mau daftar.

Seminggu bisa berkali-kali bokap nyokap nelponin gue, ngasi kabar tentang pendaftaran PNS. Aku sih cuma ngomong sama ibu, "jadi PNS itu gak keren, kerjaanya gitu-gitu aja.". Aku tau bahkan sangat tahu ada perasaan kecewa dari kedua orang tua ku, karena aku tak begitu minat menjadi PNS, tapi ayah ku selalu berkata, "coba-coba aja dulu, apa salah nya, kalau toh rezekinya di situ yaa mau gimana?", Ya, mungkin mereka menggangap saran mereka adalah yang terbaik untuk hidup ku kelak, menurut ku memang baik sih. Tapi  please, let me choose my life. 

Meskipun nanti gaji ku tiap bulan habis cuma untuk bayar kredit motor, kredit mobil, kredit rumah, tapi aku senang dengan pekerjaan ku, aku akan sangat bahagia. Mungkin ketika nanti dimasa tua aku aku masih harus bekerja keras untuk keluarga ku sampai aku tak sanggup lagi dan mati, aku akan mati bahagia, sebab hingga nafas terakhir ku, aku masih berkerja untuk keluarga ku, tidak berpangku tangan pada negara ku. Aku lelah mengharap pada negara, aku tak ingin menjadi beban pada pemerintahan anak cucu ku kelak, ketika aku sudah tak sanggup bekerja tapi aku masih menuntut hak pensiun ku. 

Dalam lubuk hati yang terdalam, dalamm bgt ... sebernarnya aku masih ingin menjadi wartawan, jadi photographer, keliling Indonesia, keliling Eropa. berkarya atas nama kemanusiaan, menjadi mata dan telinga masyarakat. Tapi aku inget kata Wakil Gubernur DKI, Pak Ahok "Kalau mau bermanfaat untuk masyarakat jadilah pejabat". 

Saat paling sulit dalam hidup kita adalah memilih antara idealisme atau realitas, mendamaikan keduanya sungguh sangat sulit, mungkin hanya segelintir orang yang dapat memperthankan idealisme mereka untuk tetap pada jalur yang mereka percayai terbaik untuk hidup mereka. Seperti Soe Hok Gie yang rela diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan, dan mungkin lebih baik tidak dilahirkan, atau mati muda dari pada menyesal di hari tua.