Pelangi

Secepat itu kah pelangi muncul
Bahkan ketika hujan belum reda
Ketika sisa-sisa badai masih porak-poranda
Menyisakan luka yang masih memerah

Aku tak tahu harus bagaimana
Aku lupa bagaimana cara menikmati pelangi
Semasa kecil aku gembira bersama rintik-rintik air menikmatinya
Tapi kini aku bukan lagi anak kecil yang melupakan problema

Udah berapa kali ku acak-acak rambut ku
Entah ritual itu berarti apa tidak mengusir bimbang ku
Jedotin ajaa kepala ini ke tembok
Mungkin bisa lebih baik
Tapi sakit.

arhhggg.. Pelangi tetaplah pelangi,
Indahnya tak pernah sampai ke Bumi
Kita mestinya sadar bahwa kita tak kan pernah bisa menyentuhnya
Tapi kita bisa menciptakannya

 

Jodoh

Selamat ya kepada temen-temen yang sudah pada nikah dan yang baru nikah, baik temen waktu kuliah atau temen sekolah. Wahh kok pada cepet-cepet sih? apa aku yang kelamaan ya. ahh kayaknya kalian yang terlalu cepet deh, hahaha.

Umur ku belum genap 25 tahun, 24 saja belum ketika aku menulis ini. Mungkin jodoh ku belum terlihat, ahhh kayaknya lebaran tahun ini masih membujang lagi deh. tapi terserah lah, aku masih menikmati masa bujang ku, dengan ragam aktifitas ku, hobi ku, dan teman-teman ku. Masih banyak yang ingin ku lakukan sendiri, meskipun aku sadari, kadang aku ingin sekali menjelajah indahnya negeri ini bersama kekasih hati. Tapi tapi ahh sudahlah...

Kadang aku bertanya dalam diam ku, pada sujud ku, pada perjalanan ku yang panjang. Siapakah nanti pendamping ku, yang rela menghabiskan waktunya di samping ku? Apakah ia yang menghianati cintanya demi mencintai ku, apakah ia yang diam-diam suka, apa kah dia yang ku kagumi atau mungkin ia yang ku suka namun pergi begitu saja?

Jodoh itu urusan Tuhan, sudah diatur dalam Kitab Lauh Mahfuzh nya. Sudah jelas firmannya, setiap yang tercipta itu berpasang-pasangan. Jadi tak perlu risau dengan jodoh ketika kamu memang belum siap untuk menerimanya,  tapi risaulah ketika kamu belum cukup baik untuk menerima jodoh mu.

Jodoh bukanlah ia yang duduk sanding sama kita di hari pernikahan. Jodoh adalah ia yang sampai akhir waktu nya setia mendampingi kita dalam suka dan duka, canda dan tawa, dalam bahtera rumah tangga yang terkadang seperti lautan, bergejolak menggoyangkan kapal, kadang tenang mendamaikan. Jodoh adalah seseorang yang mampu bertahan ketika kita berada dalam titik terendah hidup kita, untuk membangkitkan. Ia adalah seseorang yang tak aji mumpung dengan titik tertinggi kita, tapi ia senantiasa mengingatkan bahwa roda senantiasa berputar.

Halah aku bicara tentang jodoh seperti aku sudah menikah sajaa..

Tapi siapapun jodoh ku nanti, atau mungkin kamu (wanita) yang sedang membaca ini.
Aku bukahlah siapa-siapa.
Bukan pula sahabat Nabi yang dijamin masuk surga,
Aku hanya lelaki biasa
yang berusaha untuk menghalalkan mu
Menjalankan ibadah Agama ku
Untuk menentramkan mu dan kamu menentramkan ku
Bersama mangarungi kehidupan dewasa
Mendidik anak-anak yang soleh dan soleha
Menua bersama, sembari menikmati teh di beranda
Melihat anak cucu kita bermain berasama
Hanya satu yang ingin ku lakukan di akhir masa tua ku
Membuatmu tersenyum selayaknya kamu muda.

 

Kadang itu Entahlah

Kadang itu entahlah,
Fisik ini sehat, kaki ini kuat, tangan ini sanggup menggapai
Tapi semua terasa lemah
Mungkin hati ku bermasalah

Kadang itu entahlah
Semacam tak ingin melakukan apapun
Tapi berdiam diripun terasa salah
Mungkin hati ku sedang gundah

Ingin ku tidur dan bermimpi indah
Tapi lelah itu bukan berasal dari tubuh
Mungkin hati ku yang lelah
Kadang itu entah lah,

Ingin ku teriak bersama ombak
Ditepian karang menghadap samudra
Agar tak ada yang tau aku sedang gundah
Tapi aku tak pernah berniat melompat ke samudra
Sebab aku tau gundah ini hanya sementara.

Aku adalah kayu yang tersayat, bukan terpotong untuk kayu bakar
Jikapun aku terbakar, aku akan menjadi abu yang dirindukan api
Ketika pun aku tumbuh, maka aku akan tumbuh dengan luka sayatan
Yang membuat aku tumbuh menjadi lebih kuat terhadap goresan

Tapi kadang itu entahlah
Mungkin tulisan ini juga maksudnya entahlah
Galau? ah seperti nya tidak
Mungkin aku hanya lelah
Bukan tubuh ku yang lelah
Hati ku

tapi kadang itu entahlah.



 

Kesan Pertama

Ketika pertama kali orang melihat ku mungkin kesanya aku galak, pemarah, dan menakutkan. Makanya dulu waktu MOSB di SMK atau setiap kegiatan yang ada aku di jajaran panitia pasti aku selalu mendapatkan predikat Kakak tergalak, kakak pemarahan. Bahkan diakhir masa jabatan ku di Osis dan Sebagai Ketua Pelaksana MOSB, dari sekian ratus siswa baru, 95% mengatakan aku kakak tergalak 5% nya lagi menyebutkan aku kakak terlucu, kakak terbaik, kakak terganteng (nah ini pasti boong), Aku sih sudah biasa menjumpai hal semacam itu jika di poling setiap akhir kegiatan. tapi aku sih cuek.. hahaha toh pada akhirnya setelah mereka kenal aku, semua penilaian itu berbalik menjadi 95% mengatakan aku kakak terbaik (beneran lhooo, sombong dikit boleh lah kan). Tapi jangan ngarep aku bermanis-manis ketika lagi serius. Aku sih Sersan (Serius dulu santai kemudian). Tapi kalau lagi santai, aku bisa lebih lucu dari parto, sule, ajiz gagap, nunung, andre hahahha

Dari mana datang nya cinta kalau tidak dari mata turun ke hati. Dari mana munculnya kesan pertama kalau tidak dari mata lalu nancep ke hati. hahaha.

Pagi itu di Sindoro, aku dan kedua rekan ku melewati tenda kalian ketika menuju puncak. Mungkin aku juga melihat beberapa diantara kalian sedang menunaikan sholat shubuh ketika aku lewat. Entahlah ingatan ku samar-samar saat itu karena memang hari masih terlalu gelap untuk memandang rupa sebab matahari masih terlena di peraduanya. Tapi aku pastikan setelah aku turun itu tenda kalian.

Kami adalah orang yang pertama sampai ke Puncak Sindoro hari itu, meski sempat terhenti dan meringkuk menghindari angin dan kabut yang sangat dingin di 200meter menjelang puncak. Bahkan kami sempat terbaring di rerumputan yang ada di sekitar puncak sindoro, sebab angin  membelai dingin. Tapi lamat-lamat ku dengar semangat kalian dari bawah ketika mendekati puncak.

yaaaa. Aku paling ingat ketika pria agak gemuk dengan jaket Arsenal itu terengah menuju puncak. Ia bersama teman-temanya lah yang membuat gaduh Puncak Sindoro. Dan kalian lah itu segerombolan orang dari Bogor yang menamakan dirinya Palanus. Aku yang tadinya syahdu menikmati mentari, menjadi terharu, aku ingat teman-teman ku yang dahulu mendaki bersama.

Hahaha.. entah lah kenapa aku bisa menjadi juru foto kalian saat itu. Mungkin karena aku terlalu senang memperhatikan kebersamaan kalian, bahasa kalian, keramah-tamahan kalian, oh iyaa kita sempat berbagi biskuit mari susu yang kubawa. Kalian masih ingat? kalau gak salah si hanjar tuh yang makan.

Beberapa waktu lalu kita ditemukan kembali pada sebuah pendakian, entah kenapa aku membatalkan semua kerja ku, berangkat sendiri tanpa patner ku. Mungkin rasa percaya bahwa semua akan menyenangkan, mengalahkan rasa kesendirian ku, di dunia itu jika kita mencari materi, maka seumur hidup kita akan tersandra karenanya, aku lebih senang melakukan apapun demi sebuah pengalaman, pertemanan, terkadang aku lebih memilih membolos kuliah hanya untuk menyaksikan dan motret demo di Yogyakarta atau jalan-jalan ketempat yang belum pernah aku kunjungi jika diajak teman. kadang malah bolos kerja untuk nemenin temen jalan-jalan. Banyak orang mengatakan aku rada aneh dan sedikit gila, tapi banyak orang bilang hidupku menyenangkan. Entahlah, aku kadang bersyukur kadang pula mengutuk hidup ku sendiri. Tapi lebih banyak bersyukur sih. Aku menemukan orang-orang yang begitu menginspirasi di banyak perjalanan ku, terkadang aku menemukan jawaban apa yang aku cari dari apa yang aku temukan di perjalanan. Terkadang pula aku menemukan banyak teman yang rela berbagi seperti kalian. Mungkin itu lah makna di balik liriknya Sheila On 7 "Arti teman lebih dari sekedar materi"

Pertemuan kedua lalu bersama kalian memberikan aku pelajaran tentang banyak hal. Tentang kebersamaan yang tak mengenal ruang, tentang kerja sama tim yang berlandaskan saling mengerti, tentang raca percaya kepada sesama dan tentang cinta yang ternyata tak harus saling berdua. #eh hahaha

Pokoknya kesan bertemu kalian itu seperti bertemu benda kesayangan kita semaca kecil yang telah berdebu dan usang #menyenangkan. Sayang sekali yaa kemarin itu hanya sebentar kita bersama, itu pun tak sepenuhnya membuat kita senang-senang menikmati keindahan, sebab, kita harus bertahan dengan kondisi yang kurang berteman, pada langit yang baik hati mencurahkan hujanya, pada angin yang begitu sayang, membelai kita dengan dinginnya, apa lagi kabut yang selalu menjadi selimut. Seandainya kesempatan itu datang lagi, boleh lah kita mengarungi malam dengan miliyaran bintangnya, menikmati jingga-jingga emas di langit subuh dan senja. Tapi entah kapan, teruslah berdoa dan jangan pernah berhenti berharap.