Fana sekali dunia ini, mungkin kah aku sudah terlanjur patah hati pada harapan dan pada dunia kemudian mendalami sufistik? ku rasa belum, dunia belumlah terbebas dari ku untuk di bayangkan keindahannya, imajinasi ku masih berbalut dunia, dan ingin ku terhadap dunia juga masih terlampau banyak, jadi mana mungkin aku jadi sufi yang notabene nya adalah seseorang yang telah patah hati terhadap dunia.
Mungkin aku sedang patah hati dan kecewa pada diri ku sendiri. Dunia yang teramat indah ku lewatkan hanya karena berharap dunia yang jauh lebih indah, aku lupa bagaimana caranya bersyukur hingga Tuhan menangguhkan segala nikmatnya untuk ku. Aku bersyukur masih diberikan kesempatan menggunakan pemberian Nya yang teramat-sangat besar, imajinasi. Ku rasa mungkin iblis menjadi benci pada keturuan Adam karena nikmat imajinasi yang dimiliki Adam dan keturunannya.
Imajinasi ku menerawang kemungkinan demi kemungkinan walaupun ku tau kemungkinan justru akan melahirkan kemungkinan jika hanya dibayangkan tanpa di tindak lanjuti. Imajinasi ini perlahan menciptakan satu alur cerita, storyboard nya jelas tergambar, pemeran-pemerannya jelas terdaftar, ah mungkin ini akan menjadi suatu cerita yang luar biasa jika ditindak. Tapi mewujudkan imajinasi tak semudah membalik telur di penggorengan.
ternyata sudah sepertiga malam, aku ingin menghadap Pencipta ku sejenak mendiskusikan apa yang sedang kita ceritakan, semoga Beliau berkenan merestui, dan segera memberi kan petunjuk untuk memulai penggarapannya. Endingnyaa? ahhh.. lupakanlah, seorang teman berkata pada ku, akhir dari cerita itu hanya ada 3 kemungkinan, berakhir bahagia, tragis, atau komedi tragis. Jadi kita nantikan saja.
0 komentar:
Post a Comment