Manusia itu bukan mesin, bahkan setengah dewapun tidak. Untunglah kita manusia, masih bisa salah dan kadang menyalahkan. Walaupun kita manusia tapi kadang masih juga di “Kambing hitam”kan untuk satu permasalahan yang kadang kita saja tidak tahu tentang apa, apa lagi kambing.
Banyak orang yang dapat mengkonsep suatu aktifitas menurut “perut”nya, atau menurut “enak”nya sendiri untuk satu alasan yang kadang mengatas namakan kebaikan. Tapi tak banyak orang yang mempunyai inisiatif untuk berani berkeringat dan menyingsingkan langan baju menjalankan konsep sebagai mana yang diharapkan bersama.
Ketika Jokowi mempunyai konsep tentang Rusunawa untuk menata pemukiman kumuh di bantaran kali. Sebagian orang lainnya punya konsep sendiri, sementara kepala Dinas Pekerjaan Umum minum kopi dan santai di meja kerja, Jokowi blasak-blusuk memperbaiki pompa air dan memperhatikan ketinggian air menjelang musim hujan.
Konsep yang bagus jika tidak diimbangi dengan kecermatan membaca situasi, ibarat pepatah mengatakan “ingin memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai”. Negara ini tidak hanya butuh pemikir-pemikir yang bertitle (seperti gerbong kreta) tapi negara ini butuh pemuda dan pekerja yang mengerti kondisi bangsa. Landasan pemikiran bangsa ini sudah jelas, Pancasila dan UUD (Undang-Undang Dasar).
Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak mungkin terwujud jika sesama umat beragama saja masih saling lempar batu bukan saling membantu. Bagaimana itu akan mungkin terwujud Keadilan Sosial kalau para wakil rakyat sibuk membenahi WC kantornya sementara rakyatnya tidur di WC.?
Leluhur kita sudah mengkonsep tujuan dan landasan bangsa ini. sekarang kitalah yang menjalankannya dan menerapkannya di lapangan, kitalah yang menyingsingkan lengan baju, mewujudkan cita-cita bangsa untuk mencerdaskan bangsa agar tidak dibodohi bangsa sendiri.