Merpati Adek

Percakapan antara seorang ayah dan anak, tentang bagaimana cara menjaga, memelihara dan mencintai.

"Yah, adek ingin memelihara merpati."

"Kan kamu belum ada sangkar, nanti merpati nya mau di kadangkan dimana? di kandang ayam.?"

"yaa, enggak lah yah, ntr merpatinya mati dipatuk ayam. beli'in sangkar burung donk yah, buat merpatinya"

"teruss kalau sudah ada sangkar, merpatinyaa mau diapain.?"

"Dimasukin sangkar, dikasi makan"

"gitu aja?"

"Teruss harus gimana lagi, donk..?'

"Kamu gak kasian sama merpatinyaaa? dikurung gitu, cuma dikasi makan doank. teruss cuma kamu lihatin setiap hari"

"heummmm.... "

"Coba adek ayah masukin kamar, terus kamarnya ayah kunci, nanti waktu makan ayah anterin makan, begitu teruss sampai adek tua, adek mau?'

"ya gak mau lah yah, bosenn, ntr adek gak bisa main lagi donk sama bimo, gak bisa nonton lagi donk, gak sekolah."

"Terus kalau merpatinya adek kurung di sangkar, merpatinya bosen gak? ntr merpatinya gak bisa main lagi sama teman-temannya, gak bisa ketemu sama burung-burung yang lain di alam sana."

"Kan dia hewan yah"

"Hewan itu juga makhluk ciptaan Tuhan, sama kayak adek, dia berhak untuk hidup bebas sama kayak adek.'

"Heumm.."

"Meskipun adek punya merpati, terus rajin dikasi makan, tapi kan kasian merpatinya, dia jadi gak bebas untuk terbang, terus apa gunanya sayapnya, kalau gak bisa dibuat terbang? hayooo... Setiap Mahkluk ciptaan Tuhan itu punya cara hidupnya sendiri-sendiri dek, kita, manusia hidup dengan cara manusia, bekerja, makan, minum, bermain, belajar dengan cara dan sama manusia, begitupun hewan, mereka juga tentu ingin hidup dengan caranya sendiri, bermain dengan sesama jenisnya, berterbangan dengan sayap nya. Jadi semua itu hidup dengan cara masing-masing. Gak ada yang bisa ngatur adek hidup harus seperti merpati, atau seperti bimo, adek juga hidup dengan cara adek sendiri, dengan ilmu yang adek dapat dari sekolah, dari ayah, ibu, dan dari mana pun, selama ilmu itu baik untuk kehidupan adek. Ngertii"

"Ngertii yaah,.. Iyaa jugaa sih yah, kasian merpatinya kalau adek pelihara jadi gak bisa terbang. hemm.. ya udah deh gak jadii..Kalau adek minta beli'in mobil-mobilan, apa mesti ada garasinya dulu yah.."

"Hahahaha,,, ya gak gitu juga kalii dek, kalau cuma mobil-mobilan nanti kan bisa disimpan di dalam kardus, atau dimasukin ke kandang ayam,. hehe. tapi  kalau minta mobil-mobilan ntr ajaaa yaa tunggu ayah gajian.."




 

Negeri Prahara

Ini cerita tentang Negeri Prahara. Negeri yang gemah ripah lohjinawi, dengan segala kekayaannya. Alamnya terbanteng luas, bertanah subuh, lautnyaa menghampar biru sebiru langit cerah, banyak pantai berpasir putih membatasi antara daratan dan samudra yang luas. Hutannya lebat terhampar bak permadani hijah begitu luas hingga menjadi paru-paru dunia. Di negeri ini tak ada topan yang berpontensi menghancurkan seperti di Eropa, negeri dengan banyak gunung sebagai penyangga langit. arrhhh Negeri Prahara yang indah tak salah Orang-orang  menyebut negeri ini adalah secuil surga yang jatuh ke Bumi.

Pepatah kuno mengatakan tak ada gading yang tak retak. Tak ada yang sempurna kecuali Yang Maha Satu. Seindah-indahnya Negeri Prahara selalu ada setan yang menjelma bahkan merasuk, merusak, menghasut, menghancurkan. Terdapat retak yang teramat jauh terbentang dari ujung timur hingga ujung barat dari utara hingga selatan. 

Negeri yang gemah ripah kini riuh ingin berpesta, Mengangkat orang-orang yang akan menyambung lidah para hamba kepada penguasa. Negeri ini riuh karena hamba-hambanya mulai sadar dizalimi penguasa, di khianati wakilnya, tak sadar dibuat miskin, tak sadar dibuat lapar ditengah lumbung padi. Penguasa negeri ini ingin berpesta seperti Rakuti yang berpesta setelah mengambil Majapahit dengan paksa. Penguasa mencoba mengambil hati dengan akal bulus nan halus, lebih halus dari sutra lebih menyakitkan dari pada raksa.

Lihatlah Negeri Prahara ini menjelang pesta janji manis bertaburan, senyum manis berkembang, rumah yatim ramai di kunjungi, banyak orang bergreliya menawarkan bantuan atas nama kemanusian. Kuburan ramai di datangi, tempat-tempat keramat menjadi gaduh karena ritual, semoga dedemit tak marah diganggu.Ahh mungkin dedemit takan marah, sebab ia akan semakin banyak teman nanti dineraka bersama penguasa dzalim.

Ini Negeri Prahara yang tak lagi indah dibayangkan. Disini hamba-hamba harus membeli beras dengan harga yang mahal padahal hamba-hambanya pula yang menaman hingga memamen. Hamparan rumput luas terbentang tak lagi penuhi binatang ternak, pagar kawat berduri mengelilingi plang bertulis "TANAH INI MILIK PEMERINTAH, DILARANG MENGGUNAKAN TANPA IZIN", sapi pun tak berani merumput di sana, Akhirnya sapi kekurangan gizi karena hanya makan jerami. Penguasa bijak mengambil kebijakan untuk mendatangkan sapi dari negeri tetangga. Niat baik penguasa dzalim tentulah ada maksud, "lebih baik negeri kaya ini membeli sapi dari pada memelihara sapi, aku terlalu sibuk bergitar mencipta lagu dan menulis buku, tak sempat lagi mengembala sapi," pikir sang penguasa.

Sang Penguasa teramat sibuk dengan urusan perasaan dan sibuk mencurigai, hingga tak sadar darahnya dihisab oleh pembantu-pembantunya yang ternyata Vampir yang harus darah. Hamba terbengkalai, harga pupuk naik, lahan garapan berubah jadi perhotelan, lahan garapan berubah jadi apartemen. Petani tergusur dari ladangnya sendiri, hamba-hamba menjadi bodoh karena tak dididik budi pekerti oleh penguasa, sebab pendidikan hanya untuk anak orang kaya golongan priyayi, orang-orang miskin diajarkan oleh kurikulum yang aburadul dan dibodohi vampir-vampir penguasa. Hamba-hamba dijajah kembali dengan teknologi Eropa yang menghisap sumber daya alam Negeri Prahara, minyak, gas, panas, emas, tembaga, hamba kerja rodi memperkaya orang asing. 

Penguasa lebih memilih berteman dengan bangsa kapitalis yang memberi mereka penghargaan. Penguasa lebih percaya dedemit ketimbang Tuhanya, maka tak heran negeri ini mulai rapuh dan terkikis oleh keserakahan. Tuhan mulai bosan, Digoyangkanlah gunung-gunung yang menyangga langit negeri, Tuhan mulai marah, dikeringkan air yang dahulu mengalir dan kemudian ditumpahkan dengan deras hingga sebagian negeri ini tenggelam dan sebagian lagi kekeringan.

Inilah Negeri Prahara yang tengah berpesta di tengah prahara.  
 

Imajinasi

Aku ingin terlelap tapi mata ku belum ingin terpejam, walau ruangan ini sudah gelap tapi imajanisi ku masih saja terang dan menerawang ke dunia yang terang benderang. Aku sedang mengimajinasikan masa, masa yang sama sekali menjadi misteri, dan kadang aku berpikir tentang tujuan. Apakah hanya hasrat sesasat, ataukah abisi yang terlewat, atau mungkin bagian dari petunjuk apa yang harus aku perbuat.

Fana sekali dunia ini, mungkin kah aku sudah terlanjur patah hati pada harapan dan pada dunia kemudian mendalami sufistik? ku rasa belum, dunia belumlah terbebas dari ku untuk di bayangkan keindahannya, imajinasi ku masih berbalut dunia, dan ingin ku terhadap dunia juga masih terlampau banyak, jadi mana mungkin aku jadi sufi yang notabene nya adalah seseorang yang telah patah hati terhadap dunia.

Mungkin aku sedang patah hati dan kecewa pada diri ku sendiri. Dunia yang teramat indah ku lewatkan hanya karena berharap dunia yang jauh lebih indah, aku lupa bagaimana caranya bersyukur hingga Tuhan menangguhkan segala nikmatnya untuk ku. Aku bersyukur masih diberikan kesempatan menggunakan pemberian Nya yang teramat-sangat besar, imajinasi. Ku rasa mungkin iblis menjadi benci pada keturuan Adam karena nikmat imajinasi yang dimiliki Adam dan keturunannya. 

Imajinasi ku menerawang kemungkinan demi kemungkinan walaupun ku tau kemungkinan justru akan melahirkan kemungkinan jika hanya dibayangkan tanpa di tindak lanjuti. Imajinasi ini perlahan menciptakan satu alur cerita, storyboard nya jelas tergambar, pemeran-pemerannya jelas terdaftar, ah mungkin ini akan menjadi suatu cerita yang luar biasa jika ditindak. Tapi mewujudkan imajinasi tak semudah membalik telur di penggorengan.

ternyata sudah sepertiga malam, aku ingin menghadap Pencipta ku sejenak mendiskusikan apa yang sedang kita ceritakan, semoga Beliau berkenan merestui, dan segera memberi kan petunjuk untuk memulai penggarapannya. Endingnyaa? ahhh.. lupakanlah, seorang teman berkata pada ku, akhir dari cerita itu hanya ada 3 kemungkinan, berakhir bahagia, tragis, atau komedi tragis. Jadi kita nantikan saja.


 

Tak Selalu Happy Ending

Hay denyar…
Apa kabar mu, ku harap kamu baik-baik saja dan akan selalu baik bahkan jauh lebih baik. Aku yakin kamu masih ingat hari ini, aku yakin kamu takan pernah lupa, begitu pun aku. 1 Maret, 6 tahun silam, tak ada yang menyangka hal itu akan terjadi, bahkan kita sendiri perlu beberapa waktu untuk menyakinkan diri atas semua yang terjadi. Semua mengalir saja seperti air mengalir ke samudra, banyak yang mengira air akan berlabuh di hilir, tapi sebagian air malah menggenang dan hanya bisa menguap ke angkasa.

Tadi nya semua berharap akan baik-baik saja, baik yang terlihat di luar dan baik pula untuk yang tak terlihat. Yaa, bersama mengiringi waktu memang terlihat baik, tapi tak ada yang dapat melihat kedalam hati, terkadang apa yang terlihat mata belum lah sama dengan apa yang dirasa di hati.

Denyar.. Kita telah melalui jalan panjang yang akhirnya mengantar kan kita pada persimpangan. Tadinya kita berharap jalan itu akan selamanyaa menyatukan kita, tapi kehendakNya berbeda dengan ingin kita. Kita tak selalu bisa punya apa yang kita inginkan, kadang kita harus merasa kehilangan ketika kita sangat berharap, atau bahkan kita ragu pada apa yang kita harapkan.

Kita sudah semakin dewasa menjalani hidup. Logika dan rasa menjadi dua komposisi dalam hubungan yang tak bisa dipisahkan, logika tanpa rasa seperti memaksa menaiki mobil yang diderek, kita punyaa tapi kita tidak dapat menikmati bagaimana bekendara. Begitu pula rasa tanpa logika, tentu seperti penyair dengan harmonika, indah, tapi kita tak mengerti maknanya.

Kita tidak bisa mejalani satu ikatan dengan menghilangkan satu kebutuhan. Keadaan memaksa kita mencari salah satu komponen yang hilang dari kebersamaan. Mencari sendiri, ke negeri antah berantah, dibalik kenangan, dari kehidupan masa silam, dari sisa-sisa peperangan, atau mungkin dari kehidupan orang lain. Yang kita cari adalah kepercayaan dan rasa ihklas, yang hilang terganti rasa curiga dan amarah, yang terlampau besar dari sayang tanpa kita sadari.

Mungkin saat ini adalah yang paling tepat untuk kita berdua berkelana sendiri. Bergabung pada kehidupan sosial yang telah lama terabaikan, mencari pengalaman baru yang tak berlatar belakang perasaan. Menyelesaikan apa yang telah kita jalani untuk masa depan. Mungkin ini adalah cara bijak untuk menyegarkan kembali pikiran kita tentang indahnya hidup dan masa muda.

Tidak lah sia-sia apa yang kita jalani dahulu, banyak pelajaran yang dapat kita ambil, pejalaran yang tak kita dapat dari tumpukan buku dan teori-teori tentang cinta. RencaNya jauh lebih baik dari apa yang kita rencanakan, Ia tak pernah bohong pada janjinya, suatu saat anak cucu adam akan dipertemukan dengan rusuknya dari anak cucu hawa. Ia Maha Tahu kapan waktunya, kita hanya perlu sabar kalau memang diri ku dan diri mu adalah satu bagian yang takterpisahkan, kita akan kembali satu.


Denyar, Aku yakin kamu sudah semakin dewasa saat ini. Tak ada yang hilang dari kita, tak ada yang pergi meninggalkan, hanya terpisah saja untuk memahami hidup masing-masing. Berharaplah dengan pengharapan yang benar, pahamilah dengan pemahaman yang benar. 

Layu sekejap daun terkena panas, kemudian kembali segar terkena air. Takakn mati pohon pisang ditebang sebelum masanya ia berbuah. Menjadi baik untuk yang terbaik mungkin akan lebih baik dari pada memaksa baik padahal belum tentu baik. Bukalah sedikit hati mu temukan hal baru yang membuatnya nyaman, lepaskan harap mu pada ku, karena aku takpantas untuk diharap. Penantian yang sebenarnyaa adalah sabar akan ketentuan Nya, bukan penantian atas apa yang benar-benar kita harapkan.