Perkenalkan nama ku Tirta Hardi Pranata, S.Kom, masih single umur kurang dari 24 tahun, hobi jalan-jalan, cita-cita jadi wartawan. Tapi bapak ibu selalu nyaranin buat jadi PNS, yaa seperti Bapak yang sejak sebelum nikah sama ibu sudah jadi PNS. Apa aku harus seperti beliau?
PNS bagi ku bukanlah pekerjaan yang keren, jadi abdi negara yang diatur oleh banyak peraturan ina ini itu, meskipun hari tua mereka dijamin negara. Mendapat pensiunan ketika raga sudah tak sanggup lagi bekerja, mendapat tunjangan anak-anak nya hingga mereka dewasa, mendapatkan fasilitas-fasilitas dari negara, rumah dinas, mobil atau motor dinas, gaji ke 13, dan masih banyak lagi keistimewaan PNS. Berbeda dengan pekerja swasta, mereka juga diatur oleh aturan ina ini itu, dan belum tentu hari tua pekerja swasta dijamin oleh perusahan tempat mereka kerja. Tapi tetap aja PNS itu pilihan kesekian dalam hidup ku yang My Life is My Adventure kayak iklan di tipi.
Ketika sudah selesai menempuh studi sarjana S1, di awal-awal 20 tahunan kita mulai disibukan dengan merintis karir, mempersiapkan masa depan dengan doi, mengumpulkan pundi-pundi rezeki buat beli cincin kawin, atau buat portofolio yang bakal jadi refrensi camer. Semoga camer kamu pemikirannya terbuka, bahwa rezeki itu sudah diatur oleh Sang Maha Pemurah dan Pemberi Rezeki. dan semoga aja gak ada syarat mesti harus Pegawai Negeri Sipil untuk melamar anaknya. haha
Emang sih gak ada salahnya jadi PNS, bahkan PNS masih menjadi pekerjaan yang paling banyak peminatnya di Indonesia. Kamu perhatikan aja deh, ribuan wisudawan dan wisudawati yang fressh ataupun yang udah sedikit layu, dari jurusan teknik sampai kedokteran, dari yang cantik sampai yang pas-pasan, pada rela ngantri buat daftar jadi PNS. tapi kok gue rasa-rasa males mau daftar.
Seminggu bisa berkali-kali bokap nyokap nelponin gue, ngasi kabar tentang pendaftaran PNS. Aku sih cuma ngomong sama ibu, "jadi PNS itu gak keren, kerjaanya gitu-gitu aja.". Aku tau bahkan sangat tahu ada perasaan kecewa dari kedua orang tua ku, karena aku tak begitu minat menjadi PNS, tapi ayah ku selalu berkata, "coba-coba aja dulu, apa salah nya, kalau toh rezekinya di situ yaa mau gimana?", Ya, mungkin mereka menggangap saran mereka adalah yang terbaik untuk hidup ku kelak, menurut ku memang baik sih. Tapi please, let me choose my life.
Meskipun nanti gaji ku tiap bulan habis cuma untuk bayar kredit motor, kredit mobil, kredit rumah, tapi aku senang dengan pekerjaan ku, aku akan sangat bahagia. Mungkin ketika nanti dimasa tua aku aku masih harus bekerja keras untuk keluarga ku sampai aku tak sanggup lagi dan mati, aku akan mati bahagia, sebab hingga nafas terakhir ku, aku masih berkerja untuk keluarga ku, tidak berpangku tangan pada negara ku. Aku lelah mengharap pada negara, aku tak ingin menjadi beban pada pemerintahan anak cucu ku kelak, ketika aku sudah tak sanggup bekerja tapi aku masih menuntut hak pensiun ku.
Dalam lubuk hati yang terdalam, dalamm bgt ... sebernarnya aku masih ingin menjadi wartawan, jadi photographer, keliling Indonesia, keliling Eropa. berkarya atas nama kemanusiaan, menjadi mata dan telinga masyarakat. Tapi aku inget kata Wakil Gubernur DKI, Pak Ahok "Kalau mau bermanfaat untuk masyarakat jadilah pejabat".
Saat paling sulit dalam hidup kita adalah memilih antara idealisme atau realitas, mendamaikan keduanya sungguh sangat sulit, mungkin hanya segelintir orang yang dapat memperthankan idealisme mereka untuk tetap pada jalur yang mereka percayai terbaik untuk hidup mereka. Seperti Soe Hok Gie yang rela diasingkan dari pada menyerah pada kemunafikan, dan mungkin lebih baik tidak dilahirkan, atau mati muda dari pada menyesal di hari tua.