Hanya itulah yang dapat aku ucapkan bersama letih yang masih terjaga bersama asa. Aku tidak menentang MU, tidak pula menentang kuasa MU, aku menjalani takdirMU dan kadang aku merubah nasib yg telah Engkau gariskan walaupun aku sebenarnya tak punya kemampuan untuk itu.
Terimakasih, masih memberiku kesempatan berzikir lebih banyak diatas penderitaan orang lain. Kematian menunjukan aku betapa besarnya kuasa Mu yang tak mungkin dapat aku lawan. Satu pelajaran dan satu penyesalan dan mungkin akan lebih banyak penyeselan jika aku terus mengingat kematian itu.
Banyak alasan yang menyebabkan aku jarang sekali mempublish tulisan tentang perjalanan ku. bagiku biarlah itu menjadi pelajaran akan ketidak nyaman dan akan keindahan, penantian, rasa rindu, rasa takut, serta rasa menyebalkan dalam hidupku. Aku tak pernah pergi dari ketakutan, aku tak pernah pergi dari rasa rindu, tak seorang pun tau hidup ku selain kedua orang tua ku.
Jika kamu berbicara banyak tentang ku silahkan, bicara lah sepuasmu. Dibelakangku atau didepanku tak jadi masalah bagiku, aku mimilih untuk terus berjalan dalam jumlah kecil ataupun sendiri karena aku tak butuh banyak orang untuk bergerak. Aku hanya butuh lapisan tekad, ribuan keyakinan, kejujuran serta saling percaya itu sudah cukup bagiku. Dan itu gak perlu ku ucapkan secara lisan dengan kata terimakasih.
Aku tak biasa dengan umpatan walau aku terbiasa mendengarnya, aku tak biasa menyalahkan karena masih banyak kesalahan yang aku lakukan. Aku mencoba mendewasakan diri dengan mengerti tanpa harus diucapkan. Aku bukan pula guru yang hebat, aku hanya orang yang punya tekad, aku mencoba untuk berhasil kalau pun toh itu gagal aku tak kecewa, akan ku ulangi.
Aku mencoba keluar dari nyaman ku, ketika aku pergi dengan jumlah lebih banyak dari biasa. Sejak awal aku ragu, bahkan sampai kaki ku melangkah aku masih ragu. Tidak seperti biasanya, aku kehilangan kejujuran, aku kehilangan tekad aku mencium tanya dimana-dimana. Kita gak siap untuk ini, bukan kita tapi kamu. Aku berusaha menyembunyikan apa yang seharusnya aku sembunyikan, tapi aku tak bisa menjawab sikap tanya mereka karena aku sendiri ragu. Aku mencoba yakin, karena aku percaya Tuhan dan segala mahkluknya.
Ini bukan tim yang biasa aku pimpin. Aku tau kamu lebih tua, tapi aku yakin kamu tak cukup hebat untuk menyembunyikan dan kamu tak cukup bijak untuk ditiru meski aku kagum atas beberapa pemikiranmu. Aku berjalan dalam jumlah kecil karena aku belum mampu untuk menggurui orang banyak, aku berjalan sendiri dalam sunyi karena kau belajar mengetahui kemampuan ku, aku tidak mencari cermin aku mencari seseorang yang berbeda.
Aku tak menentang mu, aku hanya ingin kamu lebih bijak bukan karena aku menuakan mu tapi aku menghargai mu karena kamu lah orang yang paling banyak bicara. Mesti aku tak selalu percaya tapi aku diam dan percaya diriku punya cerita yang tak perlu aku katakana pada mu, pada mereka dan juga padanya.
Celoteh ku tak pernah selesai ku utarakan, selalu menjadi berkas di dalam draf. Aku belum berhasil menulis akhir, aku tak pernah bisa memberikan kesan. Aku sembunyi dari keramaian bukan karena aku ingin sendiri, tapi aku tak mau menjadi racun, menjadi harapan, dan menjadi panutan orang lain sementara aku masih bijak dalam dalam beda.
a
ReplyDelete