Ketika pertama kali orang melihat ku mungkin kesanya aku galak, pemarah, dan menakutkan. Makanya dulu waktu MOSB di SMK atau setiap kegiatan yang ada aku di jajaran panitia pasti aku selalu mendapatkan predikat Kakak tergalak, kakak pemarahan. Bahkan diakhir masa jabatan ku di Osis dan Sebagai Ketua Pelaksana MOSB, dari sekian ratus siswa baru, 95% mengatakan aku kakak tergalak 5% nya lagi menyebutkan aku kakak terlucu, kakak terbaik, kakak terganteng (nah ini pasti boong), Aku sih sudah biasa menjumpai hal semacam itu jika di poling setiap akhir kegiatan. tapi aku sih cuek.. hahaha toh pada akhirnya setelah mereka kenal aku, semua penilaian itu berbalik menjadi 95% mengatakan aku kakak terbaik (beneran lhooo, sombong dikit boleh lah kan). Tapi jangan ngarep aku bermanis-manis ketika lagi serius. Aku sih Sersan (Serius dulu santai kemudian). Tapi kalau lagi santai, aku bisa lebih lucu dari parto, sule, ajiz gagap, nunung, andre hahahha
Dari mana datang nya cinta kalau tidak dari mata turun ke hati. Dari mana munculnya kesan pertama kalau tidak dari mata lalu nancep ke hati. hahaha.
Pagi itu di Sindoro, aku dan kedua rekan ku melewati tenda kalian ketika menuju puncak. Mungkin aku juga melihat beberapa diantara kalian sedang menunaikan sholat shubuh ketika aku lewat. Entahlah ingatan ku samar-samar saat itu karena memang hari masih terlalu gelap untuk memandang rupa sebab matahari masih terlena di peraduanya. Tapi aku pastikan setelah aku turun itu tenda kalian.
Kami adalah orang yang pertama sampai ke Puncak Sindoro hari itu, meski sempat terhenti dan meringkuk menghindari angin dan kabut yang sangat dingin di 200meter menjelang puncak. Bahkan kami sempat terbaring di rerumputan yang ada di sekitar puncak sindoro, sebab angin membelai dingin. Tapi lamat-lamat ku dengar semangat kalian dari bawah ketika mendekati puncak.
yaaaa. Aku paling ingat ketika pria agak gemuk dengan jaket Arsenal itu terengah menuju puncak. Ia bersama teman-temanya lah yang membuat gaduh Puncak Sindoro. Dan kalian lah itu segerombolan orang dari Bogor yang menamakan dirinya Palanus. Aku yang tadinya syahdu menikmati mentari, menjadi terharu, aku ingat teman-teman ku yang dahulu mendaki bersama.
Hahaha.. entah lah kenapa aku bisa menjadi juru foto kalian saat itu. Mungkin karena aku terlalu senang memperhatikan kebersamaan kalian, bahasa kalian, keramah-tamahan kalian, oh iyaa kita sempat berbagi biskuit mari susu yang kubawa. Kalian masih ingat? kalau gak salah si hanjar tuh yang makan.
Beberapa waktu lalu kita ditemukan kembali pada sebuah pendakian, entah kenapa aku membatalkan semua kerja ku, berangkat sendiri tanpa patner ku. Mungkin rasa percaya bahwa semua akan menyenangkan, mengalahkan rasa kesendirian ku, di dunia itu jika kita mencari materi, maka seumur hidup kita akan tersandra karenanya, aku lebih senang melakukan apapun demi sebuah pengalaman, pertemanan, terkadang aku lebih memilih membolos kuliah hanya untuk menyaksikan dan motret demo di Yogyakarta atau jalan-jalan ketempat yang belum pernah aku kunjungi jika diajak teman. kadang malah bolos kerja untuk nemenin temen jalan-jalan. Banyak orang mengatakan aku rada aneh dan sedikit gila, tapi banyak orang bilang hidupku menyenangkan. Entahlah, aku kadang bersyukur kadang pula mengutuk hidup ku sendiri. Tapi lebih banyak bersyukur sih. Aku menemukan orang-orang yang begitu menginspirasi di banyak perjalanan ku, terkadang aku menemukan jawaban apa yang aku cari dari apa yang aku temukan di perjalanan. Terkadang pula aku menemukan banyak teman yang rela berbagi seperti kalian. Mungkin itu lah makna di balik liriknya Sheila On 7 "Arti teman lebih dari sekedar materi"
Pertemuan kedua lalu bersama kalian memberikan aku pelajaran tentang banyak hal. Tentang kebersamaan yang tak mengenal ruang, tentang kerja sama tim yang berlandaskan saling mengerti, tentang raca percaya kepada sesama dan tentang cinta yang ternyata tak harus saling berdua. #eh hahaha
Pokoknya kesan bertemu kalian itu seperti bertemu benda kesayangan kita semaca kecil yang telah berdebu dan usang #menyenangkan. Sayang sekali yaa kemarin itu hanya sebentar kita bersama, itu pun tak sepenuhnya membuat kita senang-senang menikmati keindahan, sebab, kita harus bertahan dengan kondisi yang kurang berteman, pada langit yang baik hati mencurahkan hujanya, pada angin yang begitu sayang, membelai kita dengan dinginnya, apa lagi kabut yang selalu menjadi selimut. Seandainya kesempatan itu datang lagi, boleh lah kita mengarungi malam dengan miliyaran bintangnya, menikmati jingga-jingga emas di langit subuh dan senja. Tapi entah kapan, teruslah berdoa dan jangan pernah berhenti berharap.