Bangsa yang besar adalah bangsa yang memahami dan memiliki wawasan mengenai bangsanya itu sendiri, termasuk dari segi budaya. Memang sulit menghapal banyak budaya yang ada di negara yang di kenal dengan multikultural dan multi etnis ini, namun itu lah yang membuat indonesia di kenal di kancah dunia.
Dalam artikel kali ini saya akan mencoba berbagi wawasan mengenai sebuah suku yang sering di sebut dengan SUKU ANAK DALAM oleh penduduk daerah saya yaitu JAMBI, namun sebagian masyarakat lebih sering menyebutnya dengan SUKU KUBU, atau ORANG RIMBA.
SUKU ANAK DALAM (Orang Rimba)
Suku anak dalam adalah suatu mayoritas penduduk yang tinggal di pedalaman hutam rimba, jadi tidak salah kalau sebagian orang menyebutnya Orang Rimba. Suku merupakan suku terasing dan beberapa artikel menyebutkan suku ini hanya terdapat di pedalam hutan Provinsi JAMBI dan SUMATERA SELATAN. Berhubung saya berasal dari provinsi Jambi, namun saya bukan termasuk dari suku anak dalam Lhooo.. kita akan membahas suku anak dalam yang ada di sekitaran Provinsi yang dialiri sungai Batanghari ini.
Secara garis besar Suku Anak Dalam di Jambi hidup di 3 wilayah ekologis yang berbeda, yaitu Orang Kubu yang di utara Provinsi Jambi (sekitaran Taman Nasional Bukit 30), Taman Nasional Bukit 12, dan wilayah selatan Provinsi Jambi (sepanjang jalan lintas Sumatra). Mereka hidup secara nomaden atau berpindah pindah dari satu hutan kehutan lainya dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun banyak dari mereka sekarang telah memiliki lahan karet dan pertanian lainnya.
Menurut tradisi lisan yang beredar dimasyarakat sekarang ini, bahkan banyak artikel yang menulis mengenai Suku Anak Dalam, bahwa suku anak dalam adalah keturunan dari orang Malau sesat yang berlari kehutan sekitaran daerah Air Hitam, Taman Nasional Bukit 12, Kabupaten Sarolangun Bangko, Kemudian mereka dinamakan “Moyang Segayo”.
Menurut Van Dongen (1906) dalam Tempo (2002:71) menyebutkan bahwa Orang Rimba sebagai orang primitif yang taraf kemampuannya masih sangat rendah dan tak beragama. Dalam hubungannya dengan dunia luar kota Orang Rimba mempraktekan silent trade mereka melakukan transaksi dengan bersembunyi di dalam hutan dan melakukan barter, mereka meletakkannya di pinggir hutan, kemudian orang melayu akan mengambil dan menukarnya. Gongongan anjing merupakan tanda barang telah ditukar.
Senada dengan itu Bernard Hagen (1908) dalam Tempo (2002:71) (die orang kubu auf Sumatera) menyatakan Orang Rimba sebagai orang pra melayu yang merupakan penduduk asli Sumatera demikian pula Paul Bescrta mengatakan bahwa orang Rimba semua dengan proto melayu (melayu tua) yang ada di Semen njung Melayu yang terdesak oleh kedatangan melayu muda.
Nah tahu gak saudara bahwa “Anak Dalam” juga merupakan sebutan diri yang mereka senangi, dan mereka sangat marah jika disebut orang Kubu, sebutan itu dianggap merendahkan diri mereka. Dalam percakapan antar warga masyarakat jambi tentang orang Kubu tercermin dari ungkapan seseorang yang menunjukan segi kedudukan dan kebodohan, misalnya membuang sampah sembarangan diumpat “Kubu kau….!”. sebutan lain yang disenangi orang rimba ialah “sanak”, yaitu cara memanggil seseorang yang belum kenal dan jarang bertemu. Bila sudah sering bertemu maka panggilan akrab ialah “nco” yang berarti kawan.(Soetomo, 1995:58)
Hemm.. Namun keberadaan suku anak dalam kini kian memperihatinkan, karena pembalakan hutan secara liar dan semakin sempitnya daerah kehidupan suku anak dalam membuat mereka sedikit mengalami benturan dengan beberapa budaya masyarakat provisi JAMBI tertama yang tinggal di Pinggir hutan dan membuka lahan sawit. SUKU ANAK DALAM terkadang menggangu, karena mereka menggap para petani sawit itu adalah perusak, dan terkadang juga mereka bersikap bersahabat dengan bekerja di perkebunan sawit milik warga setempat.
Pemberdayaan mereka sangatlah diharapkan, dengan meningkatkan kapasitas mereka agar dapat mengeyam pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka, karena mereka merupakan arsip budaya yang berharga milik Indonesia sudah seharusnya untuk di perhatikan..
Hemm, semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua, dan menambah wawasan kita akan keragaman budaya bangsa ini.. Amin.
Copyright : KenArok
tutup mata........hehe
ReplyDelete@Trident >> Kenapa tutup mata.. Malau ya foto mu di pasang.. hehehe
ReplyDeletesecara teori, peradaban orang2 pedalaman memang tertinggal jika dibandingkan dengan orang2 kota (orang terang menurut orang rimba). saat ini, ketika saya mengunjungi mereka dua minggu yg lalu pada awal bulan juli 2011, persepsi ttg mereka sudah bnyk yang salah. jika anda hari ini menuju air hitam tempat mereka tinggal, mgkn anda akan melihat mereka telah memakai hp android, parabola, tv plasma, motor 2 dan 4 tak, ada yg punya truk bahkan. jadi mulai sekarang, ubahlah mindset kita tentang org2 itu. jangan lagi mempersepsikan mereka adalah orang2 yg terbelakang secara budaya karena perlahan budaya mereka sudah mulai tergerus dan perlahan bisa pupus. semoga share info ini bermanfaat.
ReplyDelete