Makrab, adalah acara yang sepertinya rutin diadakan oleh suatu organisasi atau kelompok yang bertujuan untuk mengakrabkan sesama manusia yang tergabung di kelompok tersebut. Aku sudah beberapa kali mengikuti Makrab, dan sebagai seorang yang mudah bosan, aku jujur kurang tertarik pada acara makrab.
Sebenarnya kelas ku sudah pernah Makrab pada waktu semester 2. Lokasinya di sebuah homestay di kawasan Kaliurang. Emm, mungkin bagi ku acara makrab tersebut kurang terlalu berkesan dan memberikan kenangan yang berarti. Selain karena acara yang kurang menarik, dan sampai sekarang ternyata dalam satu kelas masih terbagi menjadi beberapa kelompok perkumpulan, seperti halnya kelompok ku dan kelompok mereka.
Makrab ku selanjutnya adalah ketika makrab bersama rekan-rekan Jurnalis. Kebetulan saat itu aku diminta untuk mencarikan satu tempat makrab. Tempat rekomendasi ku adalah di kawasan perbukitan Menoreh atau sekitar 25KM dari kota Jogja, di sebuah kawasan wisata Kalibiru, tempatnya berada di ketinggian, sehingga teman-temen harus berjalan untuk mencapainya, belum lagi hawa dingin yang menyelimuti, dan kabut malam yang menemani, ditambah rintik hujan. Akhirnya untuk sebuah kebersamaan, kami memilih untuk tidur di pendopo, ketimbang di cottage yang telah kami sewa. Paginya traking, melintasi perkebunan masyarakat, menikmati pemandangan kabut, waduk, dan pantai dari ketinggian, sungguh luar biasa.
Tak terhitung lagi berapa kali aku bersama teman-teman menginap di homestay, untuk sebuah acara pelatihan atau apalah namanya. yang pasti acaranya tak jauh berbeda dengan makrab, ngobrol, ngopi, api unggun, makan-makan, foto-foto, itu membosankan bagi ku. Sebenarnya aku sudah mengajukan usul kepada salah satu pentolan di kelas ku, bagaimana untuk acara perpisahanya kita adakan camping bersama? aku berpikir bagi sebagian orang menginap di villa atau di homestay adalah hal biasa, apa lagi bagi para aktivis kampus hal itu sudah seperti liburan yang membosankan. begitu pula aku.
Tidak semua orang pernah tidur di dalam tenda, menikmati bintang-bintang di malam hari, berselimut angin malam dan apa lagi kalau hujan. Aku hanya ingin memberikan pengalaman yang baru pada teman-teman kelas ku tentang hal itu, tentang indahnya Milkyways dimalam hari tanpa terganggu polusi cahaya dari lampu rumah, menikmati menjadi manusia yang apa adanya, sehari tidur tanpa empuknya kasur, mencium aroma rumput yang bermandi embun di pagi hari. Tapi satu kata yang aku dapat dari usul ku tersebut "tidak semua orang suka seperti itu" menanggapi hal tersbut aku hanya tersenyum dalam hati.
Suka gak suka itu relatif, mungkin sebagian orang gak suka camping dan mungkin juga sebagian orang gak suka makrab. Sebenarnya kami tak ingin membuat tembok pemisah, tapi kalau sebuah keputusan diambil tanpa mempertimbangkan kaum minoritas, maka jangan salah kami untuk menjadi kawanan serigala yang mencari wilayah kekuasannya sendiri.
Bagi ku istimewa itu adalah melakukan apa yang tidak semua orang bisa lakukan.