MASIH BANYAK YANG BELUM JELAS..

Tidak habis pikir tentang negeri ini. Kata mereka negeri ini subur, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, namun mengapa masih ada balita yang busung lapar, masih ada mereka yang kurang gizi. Kata mereka negeri ini kaya raya, aku rasa mereka benar, negeri memang kaya, kaya akan kekuasaan, kaya akan ketamakan, kaya akan sifat arogan para penguasa kebijakan. Negeri ini kaya, kaya fakir miskin dan anak jalanan, bahkan begitu kayanya hingga seorang pegawai golongan 3A punya harta ratusan miliyar. Sungguh benar-benar kaya ini negeri. Tapi sayang yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin.

Tidak percaya? lihatlah negeri ini lebih dekat, dan buka telinga anda maka anda akan mendengar jerit tangis, caci maki, tawa dan rintihan-rintihan penghuninya yang gaib, mereka ada namun seolah ditiadakan. Itulah tangisan mereka yang berjuang melawan penjajah, yang ternyata teman bermainnya sendiri. Itulah jerit rintih kesakitan akibat di hantam tongkat kayu yang tadinya mereka tanam, kini mereka gunakan untuk membantai sesama mereka, yang katanya satu bangsa, satu bahasa. Batu-batu yang tadinya mereka tanaman, kini mereka jadikan senjata untuk melawan kebijakan yang merugikan rakyat jelata.

Hemm.. Mari kita buka Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), kita kutip 2 pasal didalamnya pasal 333 dan 335 yaitu : tentang Perampasan kemerdekaan terhadap orang lain dan Perbuatan tidak menyenangkan. Kemerdekaan yang siapa yang dirampas apakah mereka sudah merasa merdeka? Jika wartawan saja masih di jotos aparat, katanya negeri ini menjunjung kebebasan pers. Lihatlah ke jalanan yang panas dimana para pedagang asongan masih khawatir dijajah dan di tangkap para aparat.

Pelacur, pengasong, pengamen, menjual bakat hingga menjual diri mereka sendiri untuk mencari sesuap kemerdekaan dari jajahan cacing di perut mereka yang lapar. Koruptor, perambah hutan, penjilat kursi kerajaan, penyuap keputusan, penjual dan pembeli pasal, mereka seolah samar-samar bagai siluet di kala senja, kemudian hilang di kegelapan. Katanya setiap warga negara memiliki hak dan tanggung jawab tentang kesamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1) atau mau bicara tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.? Yang mana saja boleh semua ada pasalnya kok, cuma belum jelas.

Ada contoh kecil, silahkan arahkan pandangan mata anda ke Kulonprogo, salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di pesisir pantai selatan. Lahan pantai mereka dirampas untuk di jadikan tambang pasir besi oleh perusahan besar, mereka yang mempertahankan haknya di tindas, ditembak dengan senjata yang di beli dari keringat mereka. Mereka di hajar di tangkap para penegak hukum yang bersemboyan “Kami siap melayani anda”, anda? Hah, sepertinya ku harus membubuhi tanda tanya lagi di kata itu. Maklum bagiku masih belum jelas.

Hemm.. Sepertinya negeri ini terlalu sibuk membuat pasal baru dari pada mencoba menjelaskan mengenai pasal-pasal yang sudah ada, bahkan kini para wakil rakyat sibuk membahas kantor baru mereka, sementara rakyat tidur beratap langit berlantai keramik (teras-teras pertokoan). .. di desa-desa para petani kita menanam padi namun para penguasa malah membudaya makan roti. Akibatnya gabah di hargai murah, lalu bagaimana anak mereka bisa sekolah, biayanya semakin tinggi, sementara gabah mereka semakin rendah. Katanya Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tapi kok gitu sihh..?

Kesejahteraan rakyat sepertinya tidak dibahas di rapat paripurna, mungkin mereka yang rapat lupa karena asik nonton “.3gp”. atau yang gak rapat malah sibuk jalan-jalan berkedok kerjaan. Sementara masyarakat miskin sibuk mengumpulkan recehan untuk makan, sambil menyaksikan parade opera DPR setiap hari, ceritanya tentang korupsi, orang cacat yang saling suap menyuap, tentang janji-janji manis yang terlupa karena berebut harta.

Sepertinya negeri ini terlalu kaya hingga banyak sebagian orang berpikir untuk merdeka sendirii. Andai saja ibu pertiwi bangun dari tidurnya, dan melihat anak-anaknya sedang berebut harta warisannya mungkin ia akan murka. Dan mengambil tongkat kayu untuk memberikan pelajaran kepada anak-anaknya. Agar mereka sadar, mereka saudara.

By : KenArok

Penulis : Tirta Hardi Pranata ~ Tukang coret-coret di blog ini ~

Artikel MASIH BANYAK YANG BELUM JELAS.. ini dipublish oleh Tirta Hardi Pranata pada hari Wednesday, May 11, 2011. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 1komentar: di postingan MASIH BANYAK YANG BELUM JELAS..
 

1 komentar:

  1. "Kehancuran masyarakat adalah berpangkal dari kebejatan para penguasanya. Sedangkan kebejatan penguasa berpangkal pada kerusakan moral para ulama. Sedangkan kerusakan moral ulama adalah berpangkal pada kegandrungan mereka terhadap harta, posisi strategis (pangkat) dan kemewahan dunia.Padahal, hati siapa saja yang telah dikuasai oleh gandrung dunia, ia tidak akan mungkin bisa membela kepentingan agama Allah, kendati terhadap rakyat jelata, apalagi menghadapi para penguasa dan pemerintah yang zalim".- Al Ghazali –

    ReplyDelete