Riwayat Abu Nawas

 

abunuwasSelama ini mungkin kita banyak mendengar atau membaca cerita tentang Abu Nawas. yang di gambarkan sebagi tokoh humoris ataupun seorang pelawak. tak heran banyak yang menggolongkan cerita-cerita abu nawas kedalam cerita fiksi anak-anak. Namun perlu kita ketahui sebenarnya Abu Nawas adalah tokoh nyata. ia pernah dilahirkan dan pernah hidup pada masa khalifah.

 

Nama sebenarnya Abu Nawas  adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Adalah seorang sastrawan besar dalam khazanah sastra Arab abad Pertengahan. Bahkan sastrawan terbesar pada zaman kekuasaan Sultan Harun al Rasyid al Abassi, yang menjadi khalifah Dinasti Abasiyah tahun 786-809. Abu Nawas atau  Lahir tahun 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di Persia (sekarang Iran), dari ayah Arab dan ibu Persia. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak.


Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya penuh kontroversi. Hal ini membuat dia tampil sebagai tokoh unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Ia menimba ilmu sastra Arab dari Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran dari Ya’qub al-Hadrami. Ilmu Hadis ia pelajari dari Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman.


Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.


Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.


Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya.

Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.

Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.

Setelah bebas, Menjadi tekun beribadah dan rendah hati (tawadlu). Dari beberapa anekdot yang dihimpun para pengamat puisi Abu Nawas, terungkap, kesadaran (al yakhzah) diri Abu Nawas tergugah pada suatu malam "Qadar" (Lailatulkadar).


Abu Nuwas merasa dirinya sebagai lalat. Bahkan lebih hina dina. Ia sadar, tahun-tahun kehidupannya tidak membawa manfaat sebagaimana garam memberi kesedapan. Justru ia terus-terusan merusak, merusak dan merusak. Padahal merusak dilarang keras oleh Allah SWT. jangan engkau berbuat kerusakan di muka bumi,karena Allah tidak mencintai orang yang berbuat kerusakan(Alquran Surah Al Qashash ayat 77).


Sejak peristiwa "Malam Qadar" itu, Abu Nawas, mengganti syair-syair dengan zikir. Memindahkan malam-malamnya dari kafe, bar atau pub, ke masjid. Ia tidak ingin lagi menjadi lalat. Biar tak jadi apa-apa, asal tidak membawa kerusakan bagi dirinya dan orang lain.


Salah satu puisi karya terakhir Abu Nawas, sebuah puisi religius :


Ilahi lastu lilfirdausi ahla,
walaa aqwa 'ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi,
fainaka ghafirudz- dzanbil 'adzimi....
Ya Allah ... tidak layak aku masuk ke dalam sorga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka kami mohon taubat dan mohon ampun atas dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun atas dosa-dosa....


Dzunubi mitslu a'daadir- rimali,
fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa 'umri naqishu fi kulli yaumi,
wa dzanbi zaaidun kaifa -htimali
Dosa-dosaku seperti butiran pasir di pantai,
maka anegerahilah hamba taubat, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umur hamba berkurang setiap hari,
sementara dosa-dosa hamba selalu bertambah, apalah dayaku


Ilahi 'abdukal 'aashi ataak,
muqirran bi dzunubi wa qad di'aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun,
wain tadrud faman narju siwaaka
Ya Allah... hamba-Mu penuh maksyiat,
datang kepada-Mu bersimpuh memohon ampunan,
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika Engkau tolak maka kepada siapa lagi aku berharap?


Puisi-puisi Abu Nawas bersama kisah hidupnya, ditulis antara lain oleh Mustafa Abdur Razak, dalam buku "Abu Nawas, Hayatuhu wa Sya'iruhu" (1981). Dikenal di dunia Barat setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh A.von Kremer "Diwan des Abu Nuwas Grossten Lyrischen Dichters der Araber" (1806).


Abu Nawas mungkin salah satu contoh manusia yang mendapat barakah "Lailatul Qadar". Malam yang lebih baik daripada seribu bulan.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

Penulis : Tirta Hardi Pranata ~ Tukang coret-coret di blog ini ~

Artikel Riwayat Abu Nawas ini dipublish oleh Tirta Hardi Pranata pada hari Wednesday, May 4, 2011. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Riwayat Abu Nawas
 

0 komentar:

Post a Comment