Hay kaum hawa berpipi tembem, ku harap ini bukan tulisan terakhir untukmu,. Aku ingin lebih banyak menulis tentangmu, tentang wajahmu yang tak cantik, tentang sifatmu yang menarik ataupun tentang celotehan dan nyanyian sumbang yang tak nyentrik..
Hay wanita bernama Wiwik Priayani, masihkah kau melanjutkan kisah kita di penantian ini, sudah lama raga kita tak jumpa, aku bahkan telah lama tak lihat kamu merengut. Tapi aku percaya kau masih seperti yang dulu. Dengan suara cempreng, dan tawa yang lebih besar dari pada badanmu. aKu juga yakin pipimu yang tembem tak menjadi halangan untuk bibirmu tersenyum manis.
Udah 3 tahun 2 bulan kisah ini ditulis dalam puing-puing waktu yang berserakan,. Jika disusun dalam lembaran mungkin lebih tebal dari Makalah yang sedang kau kerjakan. Yang ada di dalamnya hanya cerita tentang aku kau dan mereka,. Tentang 7 hari yang setia menemani, senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu dan minggu. Tantang 12 bulan yang kau sendiri tau. Dan yang pasti kalau di jadikan film durasinya akan lebih panjang dari film titanic yang hanya 3 jam 14 detik.
Aku masih bertahan dengan gunung es yang melintang didepan perahu kita, aku masih satu hati dan satu janji padamu, aku belum mampu berpaling Karena Belum ada yang sepertimu, yang mampu menenangkan aku dari mimpi burukku,.. belum ada yang mampu menuntunku dalam gelap selain dirimu, belum ada yang sebawel dan seaneh dirimu, yang membuat hari ku seperti pasar jika ku di dekatmu, tapi tanpamu hariku seperti kuburan, sepi, seram sunyi.. hanya ada aku dan suara kematian. Seram amat.. hi. Ya. Memang begitulah adanya, aku tak biasa bila tiada kau disisiku, aku tak biasa bilaku ku tidur tanpa belaianmu.. aku tak biasa. Lagunya Nike Ardila.. hehe
Tumpukan kenangan tersusun dari kepingan waktu yang terpecah..
Detik ku tumpuk hingga menjadi menit, dan menit ku susun untuk memutar waktu..
Merangkai puzzel kehidupan yang tercerai berai, diantara waktu, ku susun agar aku tahu gambarya..
Ku lekatkan satu persatu kenangan di tembok dinding berwarna putih yang masih bersih, lalu ku bikai rapi dengan frame hitam.
Agar kelak aku tahu batasan dimana kenangan itu ku gantungkan..
Ketika aku tua nanti dan kenangan ini hanya tersusun sampai disini..
Maka biarkanlah ia tergantung di dinding dan jangan kau turunkan..
Biar orang lain tau, biar ana cucu kita tau, bahwa mereka terlahir dari kenangan ini.
Cukup sudah aku menyanjungmu, kau sudah dewasa..
Aku tak ingin meninggikanmu, menjadi kepala dan aku kakinya..
Cukuplah aku meninggikanmu hingga ke hatiku yang terlindung rusuk ini..
Aku ingin kau disana menjadi bagian dalam do'a dan nestapa ku setiap hari
0 komentar:
Post a Comment