Sering kali kita merasa bagai manusia yang lemah, terkadang kita pasrah, berserah pada takdir dan menganggap semua sudah berakhir. Tak jarang ada yang menggantungkan diri pada seutas tali hanya untuk berpikir mengahiri semua penderitaan hidup ini. Bahkan banyak orang yang mencoba lari dari ketidak mampuan, bersembunyi di balik ketidak pastian. Mereka seolah lupa bahwa mereka manusia yang dilahirkan untuk menjadi pemenang.
Pahlawan tak harus berjuang dengan senapan dan berjibaku dengan peluru. Tak harus bersenjata laras panjang ataupun pedang tajam. Tapi orang yang bijak selalu mengetahui bahwa dirinya tidak tahu, begitulah kata Socrates, filsuf dari Athena.
Manusia diciptakan dengan kekutannya, kekutan yang terdapat pada dirinya sendiri dan kekuatan yang berasal dari luar dirinya. Yang terkadang kekuatan itu dilupakan atau di kesampingkan, karena kita merasa mampu menghadapi tuntutan hidup ini sendiri. Ya, memang kita kadang mampu menyelesaikan berbagai masalah hitungan matematis, tapi banyak orang yang tidak mampu untuk menghadapi tekanan-tekanan hidup yang semakin menghimpit. Rasa malas, rasa putus asa, rasa tidak mampu, merasa lemah. Dan tidak memiliki semangat untuk menatap hidup. Rasa yang membuat manusia mati perlahan dalam ketidak pastianya.
Kita tidak pernah sadar atau belum sadar bahwa ada satu kekuatan yang merefleksikan apa yang di pikirkan oleh akal untuk di proses oleh otak kemudian ditransferkan ke otot, lalu di sampaikan ke jantung dan jantung memacu adrenalin kita untuk melakukan sesuatu yang kadang diluar dugaan kita mampu untuk melakukanya. Ya, Itu lah kekuatan pikiran. Terkadang kita tidak mempercayai bahwa kita bisa melakukan apa yang kita rasa sulit. Karena kita tak pernah mampu mereflkesikan pikiran menjadi niat yang positif.
Meski banyak kekutan yang didefinisikan pada banyak teori namun aku lebih suka membagi kekuatan manusia itu menjadi 2 sumber. Yaitu kekutan dari dalam diri dan dari luar diri manusia itu sendiri. Kekuatan dari dalam sudah dijelakan diatas, kekuatan pikiran. Kekuatan Perasaan, prasaan itu sulit untuk didefiniskan bagiku, abstrak. Rasa senang, rasa bahagia, rasa sedih, rasa duka, lalu apakah perasaan itu?
Ya, memang terkadang banyak orang berkata, “Kalau sudah cinta apapun bisa dilakukan,” itu benar. Aku tidak memungkiri itu, sebuah perasaan bisa merubah seseorang menjadi apapun. Cinta memiliki kekutan untuk itu. Tapi terkadang cinta juga bisa menjadikan kita, sebagai manusia paling lemah, selemah-lemahnya manusia. Ya tak salah, jika ada yang berkata “jangan dewakan cinta kalau kamu kelak bahagia, dan jangan salahkan cinta jika nantinya kamu kecewa”.
Dilahirkan sebagai manusia bukan untuk menjadi lemah tak berdaya. Terkadang kelemahan bisa menjadi satu kekuatan, dan kekuatan bisa menjadi satu kelemahan. Butuh sebuah manajemen pemikiran yang positif, gak ada yang gak mungkin. Tuhan itu ada, melihat dan mendengar, Ia Maha Tahu apa yang kita butuhkan. Dan Ialah kekutan Maha Besar yang ada di jagat ini. Sebaik-baiknya senjata orang Muslim adalah do”a. Kata ustad sih begitu.
Setidaknya saat ini aku sedang mencoba dengan kekuatan dari luar dan dari dalam untuk menyakinkan hati ku bahwa aku mampu untuk mengerjakan tugas ini. Aku berteori dari hasil experiment hidupku. Kalau ada yang berbeda bersyukurlah, Tuhan menciptakan perbedaan bukan untuk diperdebatkan tapi Tuhan memberikan satu daratan untuk kita tanami aneka tumbuhan.
*Aku hanyalah anak manusia yang mencoba berbakti pada ibu ertiwi
0 komentar:
Post a Comment