Terimaksih juga Tuhan, kini aku menemukan siapa teman yang pantas di sebut teman, dan teman yang hanya sekedar teman dan teman yang memang bukan teman. Alam Mu menyeleksi dengan sempurna, alam Mu membuktikan siapa orang yang ada di samping ku, siapa teman yang bersama ku.
Memang tak ada yang sempurna, tapi pasti ada yang lebih baik. Begitu lah alam mengajarkan aku, menjadi manusia Individualis atau sosialis, mendahulukan ego atau meredam ego, berpikir negative atau positif, mentang atau mengikuti, hingga kadang mimilih atau tidak sama sekali. Rasanya tidak mudah untuk membedakan semuanya.
Tapi aku takan meninggalkanmu sendiri teman
Bagai semut kita berjalan berbaris
Bagai semut kita menyapa, meski tak kenal nama.
Bagai semut berbaris
Membawa beban yang sama berat, untuk kita bersama,
Jalan setapak memang tak cukup besar untuk kita berdampingan,
Jurang yang curam mungkin lebih menyeramkan dari pada Algoritma,
Tebing yang tinggi membuat tangan kita tak bisa saling menggengam dan membantu,
tapi aku takan meningglkan mu teman.
Meski aku tau di depan sana waktu terbaik menunggu,
Walau ada kejutan besar menanti ku di sana aku takan meninggalakan mu teman,
Aku tak ingin kamu melewati kabut itu sendiri,
Menerobos hutan kelam itu sendiri,
Aku tak ingin kamu ketakutan dalam gelap malam,
Aku tak mau kamu kelaparan, atau kehausan.
Aku tau mau kamu menggil ketika angin mencumbu mu,
Aku tak rela jika kamu melewati pesta nya.
Aku titipkan nyawa ku, padamu karena aku percaya kamu juga takan meninggalkanku.
Di jalan yang tak kita tau kemana arahnya,
Di tempat yang tak kita tau siapa penjaganya.
Untuk mereka "Semut Berbaris"
0 komentar:
Post a Comment