Awalnya itu ketika pagi hari di sebuah warnet dengan 10 PC, belum tidur semaleman, keasikan ngobrol sama Bos, sebut saja namanya Tiwul 27 tahun, lajang. Hehe. Terus datang Bang Wanto tetangga sebelah beda profesi. Dan gak tau kok mereka bisa ngomongin Gua Rancang Kencono. Terus aku disuruh lihat, eh ternyata Guanya cukup unik, ada pohon gede tumbuh di mulut guanya.
Tertarik sih pengen kesana, awalnya planning sama mbk Tiwul kalau gak hari Jum’at hari sabtu kalau gak sabtu hari minggu. Kalau gak sih kapan-kapan. Hehe.. Akhirnya penasaran pengen ke sana, ku sms salah seorang teman, sebut saja si Piti, lantaran si Edi lagi pulkam, kata si Piti sih si Edi lagi lamaran mau nikah, dan Piti GALAU.. haha, akhirnya ku ngajak Piti biar dia gak galau.
Eh gak tau nyaa, lamaaaa bgt di balas, yaa.. dan ternyata kebagian jadwal jaga warnet pagi deh sampe jam 12 siang, berhubung Mas Nanang gak dikasi tau jadwalnya makanya jadi tukeran jadwal. Dia shif 3 aku shif dua. Lumayan sorenya bisa main atau tiduran di kos, kalau gak jadi ke Gua Rencang. (karena Piti lamaa bgt balas smsnya) jadi pesimis.
Eh jam 13.10 baru Piti balas sms ku, akhirnya setelah berdiskusi singkat, kita putuskan untuk ke Gua Rencang, walau cuma berdua, Mbk Wulan kayaknya masih tidur jadi ku gak ngajakin dia, terus Edi lagi pulkam makanya gak ngajakin edi, makanya ku ma Piti aja yang pergi..
Berangkat dari Jogja sekitar jam 13.45 sempat di tengah jalan ditemani rintik-rintik hujan. Tapi tak lama dan tak harus mengenakan jas hujan (karena gak bawa) tapi gak jadi hujan. Lanjut lagi deh. Pertigaan Playen belok kanan (cuma itu yang aku tau) dan untung ada penunjuk arahnya (Air Terjun Sri Getuk dan Gua Rancang Kencono 10 KM) teruss, eh ada pertigaan kita kebablasan, berhenti di Alfamart buat beli minum and coki-coki, dan si Piti nanya sama ibu-ibu yang jaga parkir ke mana arah Gua Rencang Kecnono? Kata ibu itu, pertigaan di depan, belok kanan lalu kiri.. terus sampai ketemu perempatan belok kanan.
Oke,, kita lanjut lagi dari Alfamart ke arah yang di beritahu ibu itu, sekitar 500 meter dari Alfamart ada penunjuk arah (Air Terjun Sri Getuk dan Gua Rancang Kencono 7 KM) belok kanan, terusss,, waaaww.. jalannyaa men,, jelek bgt, seperti jalan rusak (emang rusak). Tapi belok kanan menuju ke arah TKP jalan sedang ditutup untuk kendaraan roda 4, untungnya aku n Piti gak pakai Honda Jazz Abu-abu ku, jadi kita boleh lewat, ternyata di depan ada perbaikan jalan, kita sempat terhalang aspal panas, namun dengan teknik permisi kita bisa lewat, dan melanjutkan menapaki jalan yang tak rata itu.
Pemandangannya wehh mantap abis, kiri kanan di tumbuhi pohon singkong. Dan pohon kayu putih. Di perkampungan penduduk ada anak kecil eh kita nanya lagi deh arah ke Gua Rancang, anak kecil itu menjawab masih sekitar 2Km lagi ke depan. Yaa kita lanjut lagi, sampai akhirnya kita sampai di penghujung jalan aspal, memasuki jalan tanah liat berbatu, kita nanyaa ibu-ibu. Kata ibu itu, lurus aja ke depan, ntr ada TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) kali yaa,? lalu belok kiri.
Gak jauh dari situ memang ada TPR, dari jauh sudah di pasang portal dari kayu bertulisakan “TUTUP” sempat agak kecewa sih. Tapi setelah stop di TPR dan bertanya.
Aku : “Pak kenapa tutup e?”
Si bapak : “Habis hujan mas, jadi kita tutup.”
Aku : “Kalau ke guanya buka pak,?”
Si Bapak : ”Oo.. kalau ke Gua buka mas, silahkan ke kiri, dan tidak perlu membayar tiket, untuk mengobati kekecewaan”
Aku “Wahh,, terimakasih pak.”
Si Bapak : “Ya sama-sama”
Sepanjang jalan menuju Gua aku dan Piti, bersyukur bgt,, haha.. karena niat kita dari awal itu adalah ke Gua nya bukan ke air terjunya, walaupun ada niat mampir ke air terjunya juga sih. Hehe tapi sudah gratis masak minta lebih??
Lanjut pergi lagi deh belok kanan.. ke arah Gua Rancang, hadeh… ternyata, Off Road men, jalannyaa, becek n gak ada ojek, terpaksa deh kita berdua menyincingkan celana, dan berbecek-becek ria. Ramai juga yang bekunjung ke Gua Rancang hari ini, mungkin karena air terjun Sri Getuknya di tutup kaliya..
Setelah siap2 dan santai sejenak di atas kita pun masuk ke dalam gua, wau, di depan gua kita di sambut dengan sebatang pohon Klumpit Raksasa, kata mas Hudi pemandu wisata Gua Rancang, Pohon ini telah berumur sekitar 300 tahun. Dan Gua Rancang sendiri menurutnya telah ada sejak 3000 an tahun lalu.
Setelah berfoto-foto di bagian depan gua yang lebar dan luas. Kita masuk, ternyata di dalam gelap bgt, gak ada lampunya apa lagi kipas anginnya beda bgt sama Gua Gong di Pacitan yang aku datangin sama Edi beberapa waktu lalu, semua masih bener-bener alami di Gua Rancang ini. Makanya kami nyewa senter dulu sama anak-anak kecil di sana. Ada tiga anak kecil umurnya sekitaran sekolah dasar yang menjajakan jasa penyewaan senter, ketika ditanya harga sewanya “Mereka menjawab seiklasnya aja mas”. Hee.. Waaahh, jarang-ajarang lhoo ada penjual yang memasang tariff “Seiklasnya aja”
Dan terenggg.. ternyata di dalam beneran gelap, Gua rencang ada 3 bagian, pertama, ruang yang luasnya bisa untuk main badminton, kedua agak kecil dan ketiga itu ruang tertutup, dan di ruang ke tiga ini gak ada jalan masuk kecuali lubang yang berdiameter sekitra 1 meter lah. Tas ransel ku aja sampe nyangkut padahal sudah merangkak.
Di dalam ruang yang tiga ini ada sebuah prasasti, yang menurut mas Hudi prasasti ini merupakan pernyataan kesetiaan laskar mataram kepada Sri Sultan Hamengkubowono. Sebelumnya kami sempat lebih dahulu masuk ke dalam ruang ini dan membaca prasati itu, tapi gak ngerti sejarahnya. Akhirnya setelah berfoto-foto, kita keluar. Eh di ruang tengah ketemu mas Hudi sama rombongan, terus di tawarin kalau mau dengar sejarahnya ikut saja, ntar bayarnya seiklasnya saja untuk kebersihan sekitar gua. Gitu katanya.. yaa siapa sih yang gak mau. Akhirnya aku dan Piti masuk lagi, kali ini dengan rombongan yang terdiri sekitar 15 orang lah.
Ketika mas Hudi sedang bercerita, ku sodorin aja Voice Recorder ke dekatnya sambil merekam apa yang dia bicarakan. :D maklum Insting, J . akhirnya dari pembicaraan Mas Hudi kita dapat sejarah tentang Gua Rencong ini. sejarahnya seperti berikut.
Dinamakan Gua Rancang Kencono, karena gua ini dulu digunakan untuk menyusun atau merencanakan strategi perang antara laskar Mataram dengan penjajahan Belanda pada tahun 1720-an. Laskar Mataram tersebut adalam Kyai Soreng Pati, Kyai Putut Linggo Bowo, dan Kyai Kromo Wongso. Bahkan dari buku mozaik pusaka budaya, tempat ini juga sebagai pertemuan Pangeran Diponegoro dengan Sentot Prawirodirdjo serta petinggi Kerajaan Mataram pada waktu itu.
Di dalam gua ada sebuah ruangan gelap untuk bersemedi. Untuk masuk ke ruang tersebut melalui lorong sangat sempit hanya bisa dimasuki satu badan dan harus merunduk/jongkok (ruang ke tiga).
Kemudian oleh Kyai Soreng Pati dan Kyai Putut Linggo Bowo gua tersebut diberi nama Gua Rancang Kencono karena tempat tersebut digunakan untuk merencanakan sebuah kegiatan kabajikan/mulia (emas).
Prasti yang ada di dalam Gua Rancang itu sendiri sebenarnya tidak ada dalam sejarah Gua Rancang Kencono, prasasti itu sendiri ada berupa semacam pernyataan yang dipahat di dinding gua, serta ada gambar burung garuda di kiri prasasti dan di langit-langit gua. Namun ada mitos yang mengatakan bahwa dinding di prasasti itu merupakan sebuah pintu menuju gunung Merapi di Yogyakarta. Jika mengetahui kata kuncinya.. wiidiihhh seperti di tipi-tipi.. haha..
Pemandangan ke luar dari ruang pertama Gua Rancang Kencono
Menjajakan senter “Seiklasnya”
Bocah penjaja senter
0 komentar:
Post a Comment