Teriakan ibu-ibu rumah tangga yang bising terdengar hingga ke kampus-kampus dan ke telinga mahasiswa. Ibu-ibu mungkin tak punya banyak waktu untuk berdemo, bayangkan saja kalau mereka ikut demo, bisa-bisa malah tidak ada yang masak makanan untuk keluarganya.
Ya, mahasiswa lah gantinya. Seharusnya, anggota DPR itu digantikan saja dengan mahasiswa. Karena peran Anggota DPR yang seharusnya menyampaikan aspirasi masyarakat sudah di gantikan oleh mahasiswa, karena anggota DPR yang katanya “terhormat” itu malah tidur waktu sidang soal rakyat, atau main golf bareng caddy-caddy seksi, yaa ammpun.
Saya juga seorang mahasiswa yang secara hati nurani tidak setuju kalau BBM naik. BBM naik, biaya hidup pasti juga bakal naik, anak perantauan seperti saya sangat merasakan bagaimana susahnya menghemat. Semoga saja BBM naik tidak berimbas pada pemutusan hubungan pacaran, BBM mahal lebih baik pacaran nya jalan kaki aja, “ngirit bebs,” biasa main ke Bukit Cinta Parangtritis, sekarang duduk-duduk aja di angkringan. Semoga si cewek betah, beralih dari spageti menjadi Magelangan. Hehe
Teman-teman mahasiswa yang budiman murni anggota dewan perwakilan rakyat. Kalau menyampaikan aspirasi rakyat, please jangan lempar-lemparan batu, apa lagi sampai gunakan bom molotov. Pak polisi itu sama seperti kita, nurani mereka juga gak setuju BBM naik. Mereka di sana hanya menjalankan tugas, mencegah terjadinya tindakan-tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Mereka tidak akan mukul atau nonjok kalian kalau kalian tertib, bisa jaga kondisi dan tidak merugikan orang lain pastinya.
Kalau teman-teman berdemo sambil merusak fasilitas publik, ya gak salah nantinya kalau BBM itu jadi naik. Semula Rp. 4500. Bisa-bisa malah naik jadi Rp.7000, karena Rp. 2500 nya digunakan untuk memperbaiki fasilitas umum yang rusak akibat bentrokan. Oke brooo.. boleh demo tapi kondusif aman terkendali, salam damai, peace..!!
0 komentar:
Post a Comment