Indonesia “Tempat Sampah”?

Indonesia adalah sebuah negara yang kaya raya. Kaya hasil bumi, kayak hasil pertaniannya. Hamparan sawah terbentang luas, berhektar-hektar luasnya. Di kaki gunung petani menanam sayur-sayuran, wortel, kol, kentang, dan lain-lain. Di pantai hingga di lautan, mungkin sampai samudra yang biru, banyak kapal-kapal berukuran kecil hingga raksasa menari di atas ombak menangkap ikan-ikan, dan hasil laut launya. Namun apa yang terjadi, harga gabah di beli rendah, banyak petani yang urban menjadi kuli. Harga sayur-sayuran di jual murah, banyak petani yang merugi dan alih profesi. Banyak kapal-kapal tetangga yang mencuri ikan di sini, hingga nelayan lokal kalang saing karena BBM melambung tinggi hingga biaya melaut tinggi, akhirnya kapal mereka bersandar dan nelayannya terkapar di kelon istri.

 

Sumber daya manusia Indonesia juga melimpah. Hingga Indonesia jadi tempat“penyetor babu-babu ke luar negeri”. Orang-orang Indonesia yang merasa termajinalkan, rela bertaruh nyawa, melayani keluarga-keuarga di Malaysia, Arab Saudi, Jepang dan korea. Untuk mencari sesuap nasi demi keluarga di Indonesia. Sebagian dari mereka menjadi pembantu rumah tangga, sebagian lagi pekerja kasar, pembersih kaca, hingga psk pun ada.

 

Negera ini lucu, katanya kaya. Tapi menjadi tempat singgah barang-barang bekas. Kemana kekayaan nya yang selama ini didongenngkan Ibu Pertiwi kepada anak-anak kami seblum tidur. Hanya ilusi atau sekedar mimpi.?

 

Musibah-demi musibah, kecelakaan demi kecelakaan terjadi tanpa penjelasan yang pasti. Birokrasi membisu ketika banyak Individu membujur kaku. Pemerintah bingung mencari kambing hitam untuk kecerobohan atau keegoisan. Ternyata negara ini miskin, lihat saja, harus mengemis tank bekas dari Jerman, untuk mempertahankan kedaulatanya. Harus mengimpor kereta api bekas dari jepang untuk mengatasi masalah trasportasinya. Tak berdaya menyelamatkan nyawa-nyawa penyumbang devisa yang setiap saat bisa saja mati. Di gantung , di siksa bahkan di perkosa tetangga.

 

Negeri ini miskin karena dipimpin oleh banyak sampah-sampah masyarakat. Pejabat-pejabat korup, pejabat-pejabat bermoral bejat, dan orang-orang yang sakit nuraninya. Organisasi masyarakat, dan organisasi yang mengatas namakan agama merasa sangat kuat. Hingga tak jarang aku otot di jalan. Pengayom dan pelindung masyarakat, tak berdaya menembak tikus-tikus raksasa, senapanya hanya bisa nembak kadal-kadal kampung.

 

Negeri yang kaya tapi miskin, yang membiarkan generasi mudanya mengemis kebebasan di pinggiran jalan. Negeri yang kaya tapi melarat, membiarkan koruptor jadi konglomerat. Negeri yang kaya tapi sesat, negeri yang selalu bermimpi tanpa berbuat lebih. Negeri yang ingin maju tapi enggan melangkah, kakinya di jegal oleh tanganya sendiri, nuraninya tertupui oleh nafsunya sendiri.

 

Sampah pun jika di daur ulang bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Penulis : Tirta Hardi Pranata ~ Tukang coret-coret di blog ini ~

Artikel Indonesia “Tempat Sampah”? ini dipublish oleh Tirta Hardi Pranata pada hari Tuesday, May 15, 2012. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Indonesia “Tempat Sampah”?
 

0 komentar:

Post a Comment